Oleh: Paulus Winarto *
Where there is no vision, the people perish.
– King Solomon
Apa impian Anda setelah lulus kuliah nanti? Pertanyaan seperti itu hampir selalu saya tanyakan kepada para mahasiswa ketika saya memberikan kuliah tamu pada berbagai perguruan tinggi di negeri ini. Secara jujur saya akui, jawaban yang umumnya saya terima sangat ngambang bahkan cenderung tidak jelas. Misalnya, saya ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa, saya ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, saya ingin mengharumkan nama almamater saya, dsb.
Pengalaman di atas sungguh sangat ironis dibandingkan apa yang terjadi dalam hidup seorang anak kecil. Cobalah mengingat kembali pengalaman di waktu kita kecil. Biasanya kita (dan juga anak kecil lain pada umumnya) memiliki sebuah impian mengenai masa depannya meski terkadang impian tersebut belum merupakan sesuatu yang benar-benar ingin diwujudkan di kemudian hari.
Beberapa waktu lalu, saat berkunjung ke sebuah taman kanak-kanak di Denpasar, saya menemukan sebuah fenomena menarik. Anak-anak diminta menuliskan cita-citanya di atas secarik kertas, kemudian kertas-kertas tersebut ditempelkan pada sebuah papan yang diletakkan di pintu masuk kelas. Barangkali agar mereka bisa melihatnya setiap hari dan diingatkan terus-menerus. Ada yang ingin menjadi dokter, insinyur, pilot, pramugari hingga tukang pos.
Sayangnya, seiring dengan pertambahan usia biasanya impian itu pun mulai memudar bahkan seseorang sama sekali tidak memiliki impian apa-apa. Sungguh menyedihkan! Perusahaan-perusahaan besar memiliki impian (sering disebut visi), begitu pun denganorganisasi-organisasi non-profit. Biasanya impian tersebut dirumuskan dengan sangat serius karena menyangkut arah yang akan dituju ke depannya. Namun, mengapa kita sendiri tidak meluangkan waktu untuk merancang masa depan kita?
Sebelum membangun sebuah gedung, seorang aristek akan merancang gedung tersebut dengan sebaik-baiknya. Kita kerap mengatakan hidup kita jauh lebih berharga dari gedung paling mewah namun sudahkan kita menginvestasikan waktu yang cukup untuk juga merancang hidup kita? Beberapa teman sering mengatakan mereka lebih memilih hidup yang mengalir saja. Bagimana kalau ia mengalir ke tempat yang salah? Misalnya ke selokan atau kolam lumpur.
MENGGALI IMPIAN
Jika sampai saat ini, Anda belum juga memiliki impian, saya sarankan agar Anda mengambil waktu yang cukup untuk merenungkan beberapa pertanyaan di bawah ini. Tolong, jangan katakan Anda tidak punya waktu untuk melakukan hal tersebut karena masa depan Anda sangat berarti.
Misalnya, Anda ingin merumuskan impian untuk lima tahun mendatang, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan fokus imajinasi Anda pada lima tahun mendatang.
Apa yang ingin Anda lakukan saat itu ?
Ingin menjadi seperti apa Anda saat itu?
Apa yang ingin Anda lihat terjadi dalam hidup Anda saat itu?
Apa yang ingin Anda miliki saat itu?
Ke mana Anda ingin pergi saat itu?
Siapa saja yang ingin Anda bantu saat itu?
Apa saja yang bisa Anda bagikan kepada sesama pada saat itu?
Anda bisa membayangkan hal tersebut dengan mengaitkannya pada beberapa bidang kehidupan, seperti finansial, kesehatan, hubungan keluarga, persahabatan, karir atau bisnis, kehidupan spiritual, dan sebagainya.
* Paulus Winarto adalah founder lembaga pelatihan non-profit HOT MINISTRY (www.hotministry.org). Ia merupakan pemegang 2 Rekor Indonesia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) yakni sebagai pembicara seminar yang pertama kali berbicara dalam seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di angkasa. Sejumlah bukunya masuk dalam kategori best seller (al: First Step to be An Entrepreneur, Reach Your Maximum Potential, Be Strong,The Power of HOPE dan Melejit di Usia Muda). Ia banyak menimba ilmu kepemimpinan dari guru kepemimpinan internasional, Dr. John C Maxwell. Guru marketing Hermawan Kartajaya menjuluki Paulus sebagai “manusia kompleks”. Paulus dapat dihubungi melalui e-mail: pwinarto@cbn.net.id atau www.pauluswinarto.com.