Oleh: Paulus Winarto *

Makna-Pekerjaan

Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

– St. Paul

Tiga orang kuli bangunan tampak sedang sibuk bekerja di bawah panas terik matahari. Terlihat jelas ketiganya sedang mandi keringat setelah bekerja dari pagi tadi. Namun ada sesuatu yang berbeda dari mereka bertiga. Ketiganya menunjukkan ekspresi wajah yang tidak sama. Penuh rasa penasaran, seorang pemuda menghampiri ketiga kuli bangunan tersebut.

Pak, apa yang sedang bapak kerjakan?” tanya si pemuda. Kuli bangunan pertama ini menjawab dengan nada yang kurang bersahabat, “Pak, apa bapak tidak bisa lihat kalau saya sedang bekerja? Kalau bapak mau bantu, bantulah. Ngga usah pakai acara tanya-tanya segala. Macam wartawan saja!” Si pemuda ini kemudian meminta maaf dan pindah ke kuli bangunan yang kedua. “Pak, maaf, apa yang sedang bapak kerjakan?” tanya si pemuda kepada kuli bangunan yang kedua. Kali ini, jawaban yang diterimanya agak berbeda. “Saya sedang nyari duit, Mas. Sekarang sulit cari kerja, jadi saya terpaksa melakukan pekerjaan apa pun. Yang penting halal,” katanya sambil menghapus keringat di keningnya. Si pemuda ini pun mengangguk.

Si pemuda kemudian melangkahkan kakinya menuju kuli bangunan ketiga. Sambil tersenyum, si pemuda ini kembali bertanya, “Maaf pak, apa yang sedang bapak kerjakan?” Berbeda dengan kedua temannya, kuli bangunan yang ketiga ini memberikan sebuah senyuman sembari menjawab pertanyaan tadi. “Sudah lama saya bercita-cita agar bisa melakukan sesuatu yang usianya melebihi usia hidup saya di dunia ini namun rupanya Tuhan baru memberikan kesempatan itu sekarang,” katanya.

Penuh rasa penasaran, si pemuda kembali bertanya, “Maksud bapak apa?” Kuli bangunan ketiga kembali tersenyum dan balik bertanya, “Anak muda, tahukah engkau apa yang sedang kami kerjakan saat ini?” Si pemuda hanya bisa geleng-geleng kepala. “Kami sedang membangun sebuah gereja. Saya secara pribadi sangat senang diperkenankan ambil bagian dalam pembangunan ini. Semoga dalam beberapa bulan ke depan, gereja ini bisa berdiri dan menjadi berkat bagi saya serta semua orang yang beribadah di sini,” jelasnya.

Cerita sederhana di atas seakan hendak mengingatkan kita bahwa pekerjaan yang sedang kita lakukan barangkali memiliki nilai yang mulia alias tidak sekedar bekerja. Sering kita temui orang yang bekerja hanya untuk mendapatkan uang. Betapa menyedihkan! Saya masih ingat pengalaman beberapa tahun silam ketika saya masih berkarya sebagai jurnalis. Saat itu seorang teman mengingatkan saya agar jangan terlalu “ngotot” dalam bekerja. Rupanya ia memakai prinsip KSO alias kerja sesuai ongkos.

Martin Luther King, Jr. pernah memberikan sebuah nasihat bijak bagi mereka yang bekerja, “Kalau seorang terpanggil menjadi tukang sapu jalanan, hendaknya ia menyapu jalanan seperti Michelangelo melukis, atau Beethoven menggubah musik, atau Shakespeare menulis puisi. Hendaknya ia menyapu jalanan sedemikian baiknya sehingga semua penghuni surga dan bumi akan tertegun dan berkata, di sini pernah hidup seorang penyapu jalanan yang hebat, yang melaksanakan tugasnya dengan baik.”

MAKNA PEKERJAAN

6

Cara pandang seseorang terhadap pekerjaan akan ikut menentukan prestasi kerjanya. Terlepas dari jenis pekerjaan yang Anda lakoni saat ini, saya ingin mengajak Anda merenungkan sejenak dua pertanyaan berikut. Mengapa Anda memilih pekerjaan yang sekarang Anda geluti? Apa makna pekerjaan bagi Anda? Jawaban Anda atas kedua pekerjaan itu tampaknya akan menentukan seberapa berarti pekerjaan Anda saat ini di mata Anda. Secara umum, berikut adalah beberapa sudut pandang paling umum tentang pekerjaan.

  1. Pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah.

Tampaknya inilah makna pekerjaan yang paling dasar dan ada dalam diri setiap pencari kerja. Minimal, didorong oleh keinginan agar tidak menjadi beban bagi orang lain, seseorang akan berusaha menemukan pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

Cara pandang seperti ini tidaklah salah. Namun jika seseorang hanya memandang pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah maka ia akan cepat merasa bosan dan melihat pekerjaannya sebagai sebuah beban bahkan bisa jadi motivasi bekerjanya semata-mata karena uang. Sikap ini secara tidak disadari akan membuat seseorang diperbudak oleh uang. Dalam dunia pengacara ada sindiran bagi pengacara yang bekerja semata-mata untuk uang yaitu ”maju tak gentar membela yang bayar”.

Orang yang bekerja semata-mata demi uang akan lebih mudah menemui titik jenuh dalam bekerja. Lambat-laun akan sangat sulit baginya menemukan kesenangan dalam bekerja. Bagaimana mengatasi hal ini? Cobalah memandang pekerjaan dari sisi lainnya.

  1. Pekerjaan sebagai sarana untuk mengekspresikan potensi diri.

Dalam jangka panjang, kita akan dikenal karena pekerjaan yang kita tekuni. Misalnya jika saya dan teman-teman sedang berdiskusi tentang topik tertentu secara spontan saya langsung teringat kepada pribadi tertentu. Misalnya ketika kami berdiskusi tentang kopi, saya langsung teringat kepada teman-teman saya yang ahli dalam bidang ini, baik yang berprofesi sebagai pengusaha kopi mau pun pembawa acara tentang kopi di sebuah stasiun televisi swasta. Manakala kami berdiskusi tentang kepemimpinan, langsung saja nama para pakar dan penulis buku-buku kepemimpinan terlintas di benak saya.

Jika kita melakukan pekerjaan kita dengan baik, orang-orang akan lebih mudah mengingat kita karena pekerjaan kita sangat identik dengan diri kita. Katakanlah saat ini, Anda bertemu seorang teman yang anaknya sakit dan sudah berobat ke dokter anak namun tak kunjung sembuh juga, bisa jadi Anda langsung teringat akan dokter anak yang merawat anak Anda dengan sangat baik, lalu dengan senang hati Anda akan merekomendasikan nama dokter anak itu kepada teman Anda.

  1. Pekerjaan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi diri.

Seorang profesional dulunya adalah seorang amatir. Seseorang yang menganggap pekerjaan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi diri, akan menjadikan tempat kerjanya sebagai ”sekolah”. Bukan hanya sekolah namun sekolah yang dibayar karena ia menerima upah.

Para senior di tempat kerja dipandangnya sebagai mentor sehingga ia tidak segan-segan meminta masukan atau belajar dari pengalaman mereka. Ini adalah hal yang cerdas karena ia seolah mendapatkan jalan tol yang relatif tanpa hambatan, menuju hari esok yang lebih baik. Ia bisa belajar dari kesalahan dan kegagalan seniornya sehingga tidak perlu mengulangi hal yang sama. Alhasil, dari waktu ke waktu ia akan menjadi orang yang semakin mahir dalam bidangnya.

  1. Pekerjaan sebagai sarana untuk belajar hal-hal baru.

Pernahkah Anda mendengar kata mutiara ”seperti katak di bawah tempurung”? Hal ini juga sering terjadi di dunia kerja manakala seorang karyawan hanya sibuk dengan bidangnya tanpa mau peduli dengan bidang lainnya. Ia tidak hanya kehilangan gambaran besar kaitan antar bagian demi keberhasilan perusahaan namun juga gagal belajar menjadi pemain tim yang baik.

Kunci untuk lepas dari jeratan ini adalah terbuka untuk belajar. Sewaktu masih menjadi jurnalis, saya kerap pergi makan siang dengan orang-orang dari bagian promosi sehingga lambat-laun saya belajar juga tentang promosi media massa. Begitu pun saya kerap berdiskusi dengan para senior dari bagian iklan. Akhirnya saya memperoleh tambahan pengetahuan di luar bidang redaksi.

Saya juga beruntung sebab cukup sering memperoleh kesempatan mewawancarai para pengusaha atau pakar bisnis. Dari mereka inilah saya banyak belajar tentang cara merintis dan membesarkan sebuah bisnis. Sungguh, itu semua menjadi bekal yang sangat berharga bagi perjalanan hidup saya.

  1. Pekerjaan sebagai sarana untuk memperluas jaringan.

Di era di mana batas antar negara seolah menjadi tidak ada, kemampuan membina jaringan (networking) akan sangat diperlukan. Saya termasuk orang yang sangat percaya bahwa dalam hidup ini siapa yang kenal kita, suka sama kita dan percaya sama kita, itu jauh lebih penting daripada apa yang kita tahu.

Banyak orang yang tidak terlalu pandai secara akademis namun dapat mencapai banyak hal karena mereka pandai dalam membina hubungan. Mereka memiliki teman di mana-mana, tidak hanya terbatas di dalam perusahaan. Mereka aktif dalam berbagai forum (entah forum satu profesi atau lintas profesi) dan media sosial. Mereka sangat mudah dan sangat cepat memperoleh berbagai informasi penting.

Dalam dunia kerja, ada orang yang karirnya cepat sekali melejit lantaran ia memiliki jaringan yang sangat luas. Dengan kata lain, jika Anda hebat namun tidak ada orang yang tahu Anda hebat maka hal itu tidak akan banyak menunjang karir Anda. Ada orang yang prestasi kerjanya bukan yang terbaik namun ia memiliki jaringan yang luas, alhasil ia kemudian lebih cepat dipromosikan atau mendapatkan tawaran bekerja di tempat lain dengan gaji, fasilitas yang jauh lebih baik.

  1. Pekerjaan sebagai sarana untuk melayani orang lain.

Alkitab mengajarkan kita agar melakukan segala pekerjaan dengan dasar kasih. Dalam 1 Korintus 16:14 dikatakan, ”Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih.” Melayani adalah pekerjaan yang kita lakukan dengan tulus berdasarkan kasih dan pekerjaan itu memberikan nilai tambah positif bagi hidup orang lain. Orang yang mau melayani akan senantiasa bertanya, ”Apa yang dapat kulakukan bagimu (what can I do for you)?”

Alan Loy McGinnis benar ketika mengatakan tidak ada pekerjaan yang lebih mulia di dunia ini ketimbang membantu orang lain –membantu seseorang meraih kesuksesan (there is no more noble occupation in the world than to assist another human being –to help someone succeed). Betapa berartinya hidup ini jika kita menyadari apa yang kita lakukan membawa manfaat bagi sesama, minimal bagi rekan kerja kita, perusahaan kita dan bagi customer yang menggunakan produk atau jasa kita.

Betapa bahagianya kita jika kita sungguh mengetahui produk atau jasa kita dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang lain atau membantu mereka memecahkan masalah mereka. Sayangnya, masih banyak orang yang cenderung mengutamakan profit atau upah di atas segalanya. Padahal jika kita mau memberikan yang terbaik, semuanya itu akan datang dengan sendirinya. Apa yang kita tabur akan kita tuai! Ingatlah bahwa karyawan yang memberatkan perusahaan bukanlah yang gajinya paling besar namun yang tidak produktif.

  1. Pekerjaan sebagai sarana untuk mempersiapkan diri menjadi wirausaha (entrepreneur).

Ketika memberikan pelatihan kepada 110 karyawan terbaik sebuah bank terkemuka di negeri ini, beberapa di antara mereka menyatakan kekecewaannya karena sudah lama bekerja namun tidak juga naik jabatan. ”Saya sudah bekerja lebih dari 15 tahun. Teman-teman seangkatan saya sudah pada jadi kepala cabang, tinggal saya,” begitu kata salah seorang dari mereka.

Saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan namun saya juga mengingatkan mereka untuk tidak kecil hati. Saya ingat nasihat seorang pengusaha sukses mengenai kapan waktu yang paling tepat bagi seorang karyawan untuk terjun berwirausaha. ”Salah satunya adalah ketika Anda bisa mengurus diri Anda sendiri tanpa disuruh-suruh orang lain. Sebab sebagai pengusaha, Anda harus mampu mengatur diri Anda sendiri dengan baik karena Andalah pemimpinnya,” katanya. Sebuah nasihat yang sangat berharga!

Cepat atau lambat, seorang karyawan pasti pensiun. Salah satu pilihan setelah pensiun adalah menjadi wirausaha. Ketika bekerja, pelajari berbagai aspek-aspek penting yang akan sangat kita butuhkan nantinya sebagai wirausaha. Misalnya keuangan, pemasaran, kepemimpinan, SDM, dsb.

  1. Pekerjaan sebagai sarana ibadah.

Kalau mau jujur, di manakah kita menghabiskan waktu hidup kita paling banyak? Salah satunya adalah di tempat kerja. Bandingkan berapa banyak waktu yang setiap minggu kita habiskan di tempat kerja dan tempat ibadah. Menurut pengamatan dan pengalaman saya, setidaknya ada 40-50 jam setiap minggu kita habiskan di tempat kerja, belum termasuk lembur.

Nah, pada saat-saat itulah kita bisa melakukan ibadah yang sejati yakni melakukan kehendak Tuhan bagi diri kita. Jika kita bekerja dengan menggunakan prinsip-prinsip kebenaran yang Tuhan ajarkan, sebenarnya kita sudah beribadah. Tuhan juga dapat memakai hidup kita sebagai saluran berkat bagi mereka di sekitar kita, termasuk rekan-rekan kerja di kantor (baik atasan, bawahan maupun rekan sederajat).

Peter Wagner menegaskan, ”Job akan menjadi ministry ketika Tuhan memimpin Anda ke dalam suatu bidang dan Anda mendengarkan suara-Nya, mendapatkan urapan-Nya, dan Anda menerapkan prinsip-prinsip Alkitab ketika Anda melakukan pekerjaan dalam bidang tersebut.” Tidak berlebihan jika kemudian seorang sahabat mengutarakan motivasi kerjanya, ”Saya ingin agar nama Tuhan dipermuliakan melalui hidup dan karya saya. Hasrat terbesar saya adalah agar pada suatu hari saya bisa mendengar-Nya berkata, ’Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.’ Itulah saat yang sangat saya rindukan.”

MENJADI PEMENANG DI DUNIA KERJA

Perhatikan sebuah survei yang dilakukan National Association of Colleges and Employers (NACE), terhadap 457 pengusaha tentang 20 kualitas penting lulusan universitas. Inilah hasilnya:

  1. Kemampuan berkomunikasi.

  2. Kejujuran dan integritas.

  3. Kemampuan bekerja sama.

  4. Etika.

  5. Motivasi.

  6. Inisiatif.

  7. Kemampuan beradaptasi.

  8. Daya analitik.

  9. Kemampuan komputer.

  10. Kemampuan berorganisasi.

  11. Berorientasi pada detail.

  12. Kepemimpinan.

  13. Percaya diri.

  14. Ramah.

  15. Sopan.

  16. Bijaksana.

  17. Indeks Prestasi (IP).

  18. Kreatif.

  19. Humoris.

  20. Kemampuan Berwirausaha.

Perhatikan juga pandangan pakar pengembangan karir tentang apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam promosi kerja seseorang, yaitu:

  1. Ambisi (ambition).

  2. Sikap terhadap kebijakan perusahaan (attitudes toward policy).

  3. Sikap terhadap rekan kerja (attitudes toward colleagues).

  4. Ketrampilan memimpin (leadership skill).

  5. Sikap terhadap tekanan pekerjaan (attitudes toward pressure on the job).

Terlihat jelas bahwa kecerdasaan akademis (yang ditunjukkan oleh IP) bukanlah segalanya. Bahkan faktor soft-skills tampak lebih menentukan, seperti sikap, kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, dsb.

Lalu, bagaimana caranya agar kita dapat meraih prestasi dan menjadi pemenang di dunia kerja. Berikut beberapa tips praktis.

  1. Tumbuhkan dan jaga selalu motivasi Anda.

Ini sangat berkaitan dengan sikap Anda terhadap pekerjaan, sebagaimana telah kita bahas sebelumnya. Ada juga orang yang menjaga motivasi kerja dengan senantiasa berfokus kepada siapa ia bekerja, yaitu kepada orang-orang yang dicintainya alias keluarga.

Saya tidak bekerja agar bos saya cepat naik jabatan atau pemilik perusahaan ini cepat menjadi orang terkaya di negeri ini. Saya bekerja untuk keluarga saya. Setiap kali saya ditegur atau menemui kejenuhan, saya selalu ingat keluarga. Saya menyayangi mereka dan saya buktikan itu dengan bekerja sebaik-baiknya agar bisa memberikan yang terbaik untuk mereka,” kata seorang teman.

  1. Bekerjalah sesuai talenta Anda.

Dalam buku berjudul Strengths Finder 2.0, Tom Rath mengemukakan sejumlah hal yang akan terjadi jika seseorang bekerja tidak sesuai dengan potensi diri (strengths) yang dimilikinya, yaitu rasa takut ketika akan bekerja (dread to work), akan terjadi lebih banyak interaksi negatif dengan rekan kerja, perlakuan yang buruk kepada pelanggan, menceritakan kepada teman-teman bahwa tempat kerjanya sungguh tidak menyenangkan (miserable company), mencapai prestasi yang minim setiap hari, memiliki lebih sedikit momen yang positif dan kreatif.

Lebih lanjut Tom Rath mengemukakan bahwa ada implikasi yang lebih serius bagi kesehatan dan relasi bagi mereka yang bekerja tidak sesuai dengan bidang kekuatannya. Sebaliknya, mereka yang bekerja sesuai bidang kekuatan akan memiliki keyakinan diri, arah yang jelas, harapan dan berlaku baik kepada orang lain. Bagaimana cara kita mengetahui potensi diri atau talenta kita? Perhatikan artikel box di bagian akhir bab ini.

  1. Ketahui ekspektasi dan berikan lebih.

Dalam dunia kerja dikenal istilah job description (uraian tugas/ pekerjaan). Ada juga yang menyebutnya tupoksi (tugas pokok dan fungsi). Apakah job description adalah kewajiban seorang karyawan? Ya, tentu saja namun perlu disadari job description adalah kewajiban minumum. Dengan kata lain, jika Anda telah melaksanakan kewajiban minimum maka Anda akan dibayar minimum atau setidaknya Anda tidak akan terkena teguran.

Jika Anda ingin memperoleh lebih, tentu Anda harus melangkah keluar dari hal-hal yang bersifat minimum. Salah satunya adalah belajar mengetahui apa saja ekspetasi orang-orang di tempat kerja terhadap Anda. Bagaimana caranya? Selain dengan bertanya langsung, perhatikan pujian dan teguran dengan seksama. Pelajari apa yang hal disukai dan tidak disukai, terutama oleh atasan langsung Anda sebab suka atau tidak suka, ia akan ikut menentukan karir Anda. Kehadiran Anda, tentu diharapkan memberikan dampak positif atau setidaknya meringankan beban kerja atasan langsung Anda.

Berikut ini ada beberapa ekspetasi dari atasan yang seringkali justru tidak disampaikan secara terbuka:

  • Jangan tang – go. Begitu tang langsung go alias cabut persis jam kantor berakhir.

  • Jika ada masalah, pikirkan solusi.

  • Sampaikan ide-ide kreatif.

  • Bersedia membantu di luar jam kerja.

  • Bisa dihubungi kapan saja.

  • Jangan main game atau social media pada jam kantor.

  • Jaga kebersihan alias jangan jorok. Jika menemukan sampah, masukkan ke tempat sampah.

  1. Terus belajar dan bertumbuh.

Semakin Anda bertumbuh, semakin besar kontribusi yang bisa Anda berikan pada perusahaan. Dunia yang terus berubah ditambah kompetisi yang semakin ketat seharusnya menjadi alarm peringatan kalau prestasi masa lalu atau nama besar bukanlah jaminan untuk terus berhasil. Sayangnya, terkadang rutinitas juga membuat seseorang malas untuk belajar dan mengembangkan diri, terlebih jika ia pernah meraih predikat sebagai the best employee.

Jangan ragu untuk menginvestasikan waktu dan dana untuk terus belajar. Miliki mentor yang membantu Anda bertumbuh. Mentor itu bisa Anda temukan di dalam perusahaan (syukur-syukur atasan langsung Anda bersedia menjadi mentor Anda) atau di luar perusahaan, misalnya melalui seminar atau forum pertemuan rutin tertentu.

Selain itu miliki juga komunitas tumbuh bersama, baik komunitas di dunia nyata maupun dunia maya. Dalam komunitas, Anda bisa bergaul dengan orang-orang seprofesi dari berbagai perusahaan sehingga bisa bertukar informasi hingga saling memotivasi.

Secara berkala, bacalah buku-buku yang menunjang karir Anda. Ikuti pelatihan yang relevan bagi perkembangan karir Anda, meski pun terkadang Anda harus membiayainya sendiri.

  1. Jaga karakter Anda.

Kompetensi dapat membawa seseorang ke puncak prestasi namun karakterlah yang membuat ia bertahan di puncak. Karakter adalah kunci sukses jangka panjang. Karakter dibangun berdasarkan nilai-nilai moral yang dipegang secara kuat dan penuh komitmen dalam kehidupan sehari-hari. Karakter yang kuat akan membuat seseorang dipercaya.

Memang, ambisi juga diperlukan namun perlu dicatat jangan sampai terjebak menjadi budak ambisi lalu menghalalkan segala cara. Mengapa?

Ambisi + Kompetensi – Karakter = Kehancuran

Perhatikan para politisi yang karirnya berakhir di penjara karena kasus korupsi. Mereka adalah orang yang memiliki ambisi besar dan umumnya orang berpendidikan tinggi namun sayangnya mereka melupakan faktor karakter. Hasilnya, mereka tidak hanya kehilangan karir namun juga nama baik dan kepercayaan publik.

Tim Elmore mengilustrasikan sebuah gunung es untuk menggambarkan pentingnya karakter. Bagian atas yang kelihatan dari sebuah gunung es dapat kita ibaratkan sebagai kompetensi (atau ketrampilan) dan itu hanya sekitar 10 persen. Bagian bawahnya yang tidak kelihatan sebesar 90 persen adalah karakter. Jika karakter seseorang lemah, hancurlah gunung es itu sebaliknya jika karakternya kuat, ia akan menopang bagian atas (kompetensi dengan sangat baik). Karakter juga dapat kita ibaratkan sebagai pondasi sebuah rumah. Semakin tinggi bangunan rumah tersebut semakin dalam pula pondasi yang harus dibangun.

Bagaimana menurut Anda? ***

* Best Selling Author, Motivational Teacher, Leadership Trainer & Coach The John Maxwell Team. Klik www.pauluswinarto.com.

Artikel ini dikutip dari buku Maximizing Your Impact (Berdampak Sejak Usia Muda),

V Press, 2014. Untuk pembelian buku secara on line, klik http://visichristianstore.com