Oleh : Paulus Winarto *

Malam itu (Sabtu, 11 Juni 2011) saya berbicara dari hati ke hati dengan putri saya, Priscilla. Sambil berlutut di depannya, saya bertanya, “Kakak, kamu paling kecil di kelas ya?”. Spontan ia menjawab, “Iya, Papa. Tapi aku berani ke dokter gigi.” Jawaban yang begitu spontan dan apa adanya itu membuat saya tersentuh. Mengapa?

Alasannya sederhana ia sadar betul siapa dirinya. Kelebihan mau pun kekurangannya. Menurut saya ini adalah hal yang sangat baik agar di kelak kemudian hari, ia tumbuh menjadi anak yang percaya diri, tidak minder atau tidak juga over-confidence. Memang, beberapa hari lalu ia baru saja dari dokter gigi untuk menambal dua giginya yang bolong. Ini adalah kesekian kalinya ia ke dokter gigi.

Penilaian yang obyektif terhadap diri sendiri adalah salah satu hal terpenting dalam hidup. Ini adalah bagian dari evaluasi diri sebelum melangkah untuk meraih hal-hal yang lebih besar dalam hidup ini.

Priscilla memang paling kecil di kelasnya (TK B). Bulan Juli 2011 nanti ia sudah masuk kelas 1 Sekolah Dasar. Beratnya baru sekitar 13 kilogram. Priscilla memang lahir kecil atau mungil pada tanggal 20 Desember 2005. Ia terpaksa lahir lebih awal karena air ketuban nyaris habis ketika usia kandungan masih 8 bulan. Saat lahir beratnya hanya 1,6 kilogram. Yang luar bisa, di usia 41 hari (saat beratnya masih 2,1 kg) ia harus mengalami operasi jantung.

Kisah perjuangan Priscilla menjadi inspirasi bagi saya untuk menulis sebuah buku untuknya yang berjudul The Power of Hope. Di halaman awal buku tersebut, saya menuliskan kalimat berikut :

Buku sederhana ini dipersembahkan sebagai hadiah ulang tahun yang pertama kepada putriku terkasih, Priscilla Natali Winarto. Dari engkaulah, papa dan mama pernah belajar tentang arti menakkulan ombak kehidupan. Di usia yang masih 41 hari dengan berat hanya 2,1 kilogram kami harus menyaksikkan sendiri bagaimana engkau berkat kasih karunia Tuhan berhasil menjalani operasi jantung. Tuhan akan pakai hidupmu secara luar biasa, putriku. Engkau pasti akan menjadi saksi kasih dan kemurahan hati Tuhan sepanjang hidupmu. Ombak kehidupan yang begitu besar telah berhasil engkau taklukkan di saat usiamu masih terbilang sangat sangat sangat muda. Tentu, masih ada sangat banyak ombak kehidupan lainnya di depan sana, namun papa dan mama sangat yakin bersama Tuhan, engkau pasti dapat menaklukkannya sebab Tuhan selalu turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya.Amin.



Beberapa minggu terakhir ini, ia sering memberikan saya gambar hasil karyanya dengan tulisan “Kakak sayang papa”. Saya dan ibunya juga selalu mengatakan bahwa kami menyayanginya karena ia anak kami. Kami belajar untuk mengasihinya tanpa syarat.

Saya teringat suatu ketika saya pernah berkata kepadanya, “Meski kakak marah sama papa papa tetap sayang sama kakak.”  Sebagai anak-anak, ia terkadang marah, ngambek atau nangis ketika keinginannya tidak saya penuhi. Misalnya ketika ia meminta saya membelikannya boneka yang harganya sangat mahal bagi saya. Hal ini sekaligus mengajarkan ia bahwa dalam hidup ini ia tidak akan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.

Oh Tuhan, sekiranya saya boleh memohon, maka sudilah mendengarkan doa dari hati saya yang paling dalam: berikanlah hamba kekuatan dan perkenanan-Mu agar saya bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anak saya (Priscilla dan Timothy) serta menjadi suami yang baik bagi istri saya. Ini adalah prestasi terbaik yang bisa saya ukir dalam hidup ini. Amin. ***

* Best Selling Author, Motivational Teacher and Leadership Trainer. Klik www.pauluswinarto.com.