Oleh: Paulus Winarto *

your talent your success your future

When you find yourself at the right place at the right time for the right purpose, you are God’s reward to someone else.
– Rick Warren

“Yang penting kerja. Kerja apa saja boleh daripada menganggur”. Kalimat-kalimat seperti itu bukanlah hal baru. Tidak sedikit orang tua yang ketika “menitipkan” anaknya bekerja di perusahaan saudara atau kerabat kerap mengutip kalimat seperti itu. Bahkan tidak jarang kalimat-kalimat itu juga dilontarkan langsung oleh pelamar kerja.

Ya, tidak dipungkiri bahwa makin hari makin sulit menemukan lapangan pekerjaan. Lihat saja ribuan hingga ratusan pelamar kerja yang selalu ramai memadati bursa tenaga kerja atau job fair di kota-kota besar. Sebagian di antara mereka adalah kaum intelek alias sarjana.

Mendapatkan pekerjaan adalah dambaan setiap manusia yang baru saja menyelesaikan studi pada jenjang tertentu. Ada juga sebagian kecil yang justru memilih menciptakan lapangan pekerjaan alias memutuskan untuk berwirausaha.

Sulitnya menemukan lapangan pekerjaan, apalagi pekerjaan yang sesuai minat, bakat atau latar belakang pendidikan formal, kerap membuat para pencari kerja rela melakukan pekerjaan apa pun asalkan halal. Terlepas dari suka atau tidaknya yang bersangkutan terhadap pekerjaan tersebut, ada yang kemudian menekuninya hingga puluhan tahun atau hingga masa pensiun.

Hidup memang sebuah pilihan. Termasuk memilih apa yang akan dilakukan terhadap hidup di masa depan. Namun saya ingin mengajak kita semua untuk sekilas mengamati apa yang terjadi manakala seseorang memilih pekerjaan atas dasar yang penting bekerja.

TALENTA DI TEMPAT KERJA

Dalam pengamatan saya, mereka yang bekerja tidak sesuai talenta memiliki kecenderungan untuk bekerja semata-mata demi mencari nafkah. Meski pun kurang bisa menikmati, kerja pada akhirnya dipandang sebagai kewajiban untuk menafkahi keluarga yang dicintai.

Jika ini terus-menerus berlangsung bisa jadi seseorang akan masuk ke fase berikutnya yaitu pekerjaan akan cepat terasa membosankan. Pada tahap ini kejenuhan dan stres akan menjadi hal yang biasa. Lantas rasa malas belajar dan bertumbuh akan segera menghampiri. Konsekuensinya minim prestasi dan karir mentok.

Dalam buku berjudul Strengths Finder 2.0, Tom Rath mengemukakan sejumlah hal yang akan terjadi jika seseorang bekerja tidak sesuai dengan potensi diri (strengths) yang dimilikinya, yaitu.

  • Rasa takut ketika akan bekerja (dread to work).
  • Akan terjadi lebih banyak interaksi negatif dengan rekan kerja.
  • Perlakuan yang buruk kepada pelanggan.
  • Menceritakan kepada teman-teman bahwa tempat kerjanya sungguh tidak menyenangkan (miserable company).
  • Mencapai prestasi yang minim setiap hari.
  • Memiliki lebih sedikit momen yang positif dan kreatif.

Lebih lanjut Tom Rath mengemukakan bahwa ada implikasi yang lebih serius bagi kesehatan dan relasi bagi mereka yang bekerja tidak sesuai dengan bidang kekuatannya. Sebaliknya, mengutip riset yang dilakukan oleh Gallup, mereka yang bekerja sesuai bidang kekuatan akan memiliki keyakinan diri, arah yang jelas, harapan dan berlaku baik kepada orang lain.

Secara logika riset yang dilakukan Gallup bisa kita amati dalam hidup sehari-hari. Ketika seseorang bekerja justru pada bidang yang merupakan kelemahannya, ia akan menemukan stres yang berakibat pada teguran keras dari atasan karena tugas yang sering kali tidak bisa diselesaikan dengan baik.

Kejengkelan, kemarahan bahkan mungkin rasa kecewa akan diri sendiri ini bukan tidak mungkin akan berlangsung selama beberapa periode tertentu dan terbawa ke rumah. Relasi di rumah juga menjadi tidak enak. Begitu pun hubungan dengan rekan-rekan di tempat kerja mau pun di luar tempat kerja.

RISET PENDUKUNG

Salah satu hal penting yang selalu saya pesankan kepada calon wisudawan ketika saya berbicara di berbagai kampus adalah, “Jika Anda ingin meraih kesuksesan dalam hidup Anda, usahakan Anda bekerja sesuai dengan potensi diri Anda.” Tidak lupa saya juga mengutip riset untuk menguatkan pendapat saya, salah satu yang paling menarik adalah riset oleh Gallup.

Gallup telah melakukan survei tentang employee engagement selama bertahun-tahun terhadap lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia. Salah satu hal yang termasuk dalam materi survei tersebut adalah: apakah di tempat kerja , saya memiliki kesempatan untuk melakukan yang terbaik setiap harinya? Sayangnya, hanya sepertiga yang sangat setuju dengan pertanyaan tersebut.

Gallup juga menemukan bahwa orang-orang yang berhasil akan memulai pekerjaan sesuai dengan talenta dominan yang dimiliki kemudian menambahkannya dengan ketrampilan, pengetahuan dan berbagai pelatihan yang berhubungan dengan talenta tersebut. Secara sederhana, Gallup telah membuat sebuah rumusan yaitu:

Strength = Talent  x  Investment

Strength adalah kemampuan untuk secara konsisten menghasilkan performa yang luar biasa (the ability to consistently provide near-perfect performance). Talent adalah cara berpikir, merasa atau berperilaku secara alamiah (a natural way of thinking, feeling, or behaving). Sedangkan investment adalah waktu yang dihabiskan untuk melatih, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan Anda (time spent practicing, developing your skills, and building your knowledge base).

Berdasarkan rumus di atas, maka ada satu pernyataan penting yang ingin ditekankan Gallup yaitu you cannot be anything you want to be – but you can be a lot more of who you already are. Artinya, Anda tidak akan bisa menjadi apa saja yang Anda mau tapi Anda selalu bisa menjadi lebih baik dari siapa sesungguhnya diri Anda.

Maka, adalah sebuah langkah yang bijaksana jika sedari dini seseorang mencari tahu apa saja talenta yang dimilikinya kemudian melakukan investasi untuk mengembangkannya. Bentuk-bentuk sederhana dari investasi tersebut adalah:

  • Mengikuti pendidikan formal sesuai talenta yang dimiliki.
  • Memiliki mentor yang telah berhasil mengembangkan talenta yang sama dengan yang dimiliki yang bersangkutan.
  • Masuk ke dalam komunitas non-formal sesuai dengan talenta yang dimiliki (baik komunitas di dunia nyata mau pun di dunia maya: facebook, mailing list, dsb).
  • Terus membaca buku-buku atau referensi (misalnya artikel) sesuai dengan talenta yang dimiliki.
  • Secara berkala mengikuti seminar, training atau workshop sesuai dengan talenta yang dimiliki.
  • Magang (kemudian bekerja) dalam bidang pekerjaan sesuai dengan talenta yang dimiliki.

Nah, masalahnya bagaimana kita bisa menemukan talenta kita? Harap bersabar, saya akan membahasnya pada artikel mendatang.

Bersambung ***

* Best Selling Author, Motivational Teacher and Leadership Trainer. Klik www.pauluswinarto.com.