EMBRACING FAILURE AS A FRIEND
Oleh: Paulus Winarto *
WHEN IT LOOKS LIKE I HAVE FAILED
Lord, are you trying to tell me something?
For …
Failure does not mean I’m a failure;
It does mean I have not yet succeeded.
Failure does not mean I have accomplished nothing;
It does mean I have learned something.
Failure does not mean I have been a fool;
It does mean I had enough faith to experiment.
Failure does not mean I’ve been disgraced;
It does mean I dared to try.
Failure does not mean I don’t have it;
It does mean I have to do something in a different way.
Failure does not mean I am inferior;
It does mean I am not perfect.
Failure does not mean I’ve wasted my time;
It does mean I have an excuse to start over.
Failrure does not mean I should give up;
It does mean I must try harder.
Failure does not mean I’ll never make it;
It does mean I need more patience.
Failure does not mean You have abandoned me;
It does mean You must have a better idea. Amen.
terjemahan bebasnya adalah:
KETIKA KELIHATANNYA SAYA TELAH GAGAL
Tuhan, apakah Engkau mencoba mengatakan sesuatu kepadaku?
Bahwa …
Kegagalan bukanlah berarti aku orang gagal;
Itu berarti aku belum berhasil.
Kegagalan bukanlah berarti aku tidak mencapai apa-apa;
Itu berarti aku telah belajar sesuatu.
Kegagalan bukanlah berarti aku orang bodoh;
Itu berarti aku punya cukup keyakinan untuk bereksperimen.
Kegagalan bukanlah berarti aku mendapat malu;
Itu berarti aku berani mencoba.
Kegagalan bukanlah berarti aku tidak memilikinya;
Itu berarti aku harus melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda.
Kegagalan bukanlah berarti aku rendah;
Itu berarti aku tidak sempurna.
Kegagalan bukanlah berarti aku telah menyia-nyiakan waktuku;
Itu berarti aku punya alasan untuk memulai kembali.
Kegagalan bukanlah berarti aku seharusnya menyerah;
Itu berarti aku harus berusaha lebih keras lagi.
Kegagalan bukanlah berarti aku tidak akan pernah berhasil;
Itu berarti aku memerlukan lebih banyak kesabaran.
Kegagalan bukanlah berarti Engkau telah meninggalkanku.
Itu berarti Engkau memiliki gagasan yang lebih baik bagiku. Amin.
Apa tanggapan Anda ketika membaca puisi di atas? Puisi yang ditulis John C. Maxwell dalam buku berjudul The Winning Attitude menggambar sikap seseorang ketika segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Kekecewaan barangkali menjadi reaksi yang sangat alamiah namun sang penulis puisi tampaknya mencoba melihat sesuatu dari sisi yang berbeda.
Maxwell secara tegas mengatakan bahwa perbedaan antara orang rata-rata dengan orang yang berprestasi adalah persepsi mereka tentang kegagalan dan bagaimana mereka merespon kegagalan tersebut (the difference between average people and achieving people is their perception of and response to failure). Beberapa tahun lalu, saya mencoba merenungkan apa sebenarnya arti kegagalan bagi saya secara pribadi? Dan inilah yang saya dapatkan.
- Kegagalan bukan akhir dari segalanya.
- Kegagalan adalah sesuatu yang sangat wajar dan dialami semua orang.
- Kegagalan membuktikan ada yang keliru dalam upaya kita mencapai tujuan.
- Kegagalan menjadi pertanda bahwa kita harus terus belajar.
- Kegagalan mengajarkan kita untuk rendah hati.
- Kegagalan adalah sarana untuk meningkatkan kehidupan spiritual kita.
- Kegagalan menjadi pertanda bahwa kita membutuhkan bantuan orang yang tepat dalam perjuangan selanjutnya.
- Kegagalan dapat berfungsi sebagai ujian terhadap ketanggguhan kita.
Pengalaman Gagal Saya
Penulis serial buku Dare to Fail, Billi Lim menulis, “Kegembiraan bukan karena tidak pernah gagal. Kegembiraannya ada pada saat kita pulih kembali.” Rasanya ini tepat sekali manakala saya membayangkan pengalaman pertama saya bisa mengendarai sepeda roda dua. Rasa sakit akibat akibat jatuh berkali-kali pada saat proses belajar bersepeda seakan menguap dan digantikan luapan kegembiraan. Yes, I can do it!
Masih teringat juga pengalaman sekitar sebelas tahun silam ketika saya harus mondar-mandir Bandung – Jakarta untuk rapat di kantor penerbit buku saya. Rapat yang hanya berlangsung sekitar 15 sampai dengan 45 menit itu akan selalu terekam indah di ingatan saya. Kalimat seperti, “Buku ini tidak bisa diterbitkan karena halaman satu salah, halaman dua salah, halaman tiga salah dan seterusnya salah” pada awalnya sempat membuat saya kecil hati. Apalagi, draft buku lainnya juga ditolak oleh dua penerbit.
Saya kemudian bertanya, “Jika itu salah, lantas yang benarnya bagaimana?”. Saya mendengarkan dan mencatat penjelasan pihak penerbit dengan seksama. Lalu, seiring dengan perjalanan waktu melakukan revisi berulang kali. Beruntung Editor in Chief penerbit tersebut (Mas Ari) sangat murah hati dalam membimbing saya. Delapan bulan kemudian, terbitlah buku pertama saya berjudul First Step To Be An Entrepreneur.
Di luar dugaan, buku tersebut menjadi best seller dalam waktu singkat (20 hari). Kini, sebelas tahun kemudian, tidak terasa saya telah menulis 16 buku dan masih akan terus menulis selama diberikan kesehatan dan usia oleh Sang Pemilik Kehidupan ini. Oya, sekedar diketahui pembaca nilai mata kuliah Bahasa Indonesia saya adalah D, hehehe. Beruntung saya pernah menjadi wartawan hampir lima tahun sehingga bisa belajar berbahasa lebih baik.
Kini, selain sebagai penulis, publik juga mengenal saya sebagai pembicara namun tidak banyak yang tahu bahwa saya sebenarnya adalah pribadi yang pemalu. Saat SMA, saya pernah kabur dari podium saat diminta memimpin sebuah lagu. Sewaktu kuliah saya sangat aktif di majalah kampus. Suatu ketika saya diminta membagikan ilmu dan pengalaman jurnalistik kepada para reporter junior. Hampir dua menit saya terdiam. Bingung memilih kalimat pembuka, sampai-sampai seorang rekan harus meneriaki saya.
Bangkit Lagi!
Nelson Mandela memberikan nasihat bijak mengenai pentingnya bangkit dari kegagalan. Baginya, “Kemuliaan terbesar dalam hidup bukanlah tidak pernah gagal namun bangkit kembali setiap kali kita gagal (the greatest glory in living lies not in never falling, but in rising every time we fall).”
Michael Lum Y dalam buku “No Failure, Only Success Delayed” menulis,
Bagaimana, kapan, di mana dan mengapa kita gagal bukanlah masalah sebenarnya. Berapa kali kita gagal tidaklah penting. Yang penting adalah bagaimana kita bangkit dari kegagalan. Jangan mengadili orang dari berapa kali ia gagal namun berapa tinggi ia melompat kembali dari kegagalannya.
Michael juga memberikan tips Lima Langkah Pemulihan Kegagalan:
- Refleksi. Apanya yang salah? Sumber daya apa yang saya butuhkan?
- Koreksi. Jika saya melakukannya lagi, bagaimana seharusnya saya melakukannya?
- Pilihan. Mencari jalan alternatif dalam melakukannya.
- Keputusan. Putuskan pilihan mana yang harus dilakukan.
- Implementasi. Mulailah menjalankan rencana Anda.
Bagaimana menurut pengalaman Anda? ***
* Best Selling Author, Motivational Teacher and Leadership Trainer. Klik www.pauluswinarto.com.