Oleh: Paulus Winarto *
Definisi Anda terhadap kesuksesan akan mempengaruhi sikap dan perjuangan hidup Anda.
– Paulus Winarto
Berbagai seminar motivasi membahasnya. Semua manusia menginginkan namun sayangnya tidak semuanya bisa mendefinisikannya secara jelas. Apakah itu? Sukses! Ya, sukses adalah impian dan harapan semua manusia. Manakala saya berbicara di berbagai tempat, seringkali saya menanyakan, siapa yang ingin sukses dalam hidup, hampir dapat dipastikan semuanya akan mengangkat tangan. Namun ketika saya menanyakan, apa arti sukses bagi setiap peserta, sebagian dari mereka tidak bisa menjawabnya dengan jelas.
Ketidakjelasan arti sukses ini sebenarnya bisa menjadi hal yang memprihatinkan. Ini ibarat seorang anak yang kelaparan lalu ingin makan. Ketika ditanya, mau makan apa, ia pun tidak tahu. Atau ibarat orang yang akan pergi berlibur namun tidak tahu harus ke mana.
Ketidakjelasan arti sukses juga saya jumpai ketika saya mengajar di sebuah kampus besar, beberapa waktu lalu. Ada mahasiswa yang ketika saya minta menjelaskan arti sukses hanya bengong, sambil menjawab, “Hmmmm……Apa ya?” Ada juga yang mengatakan sukses adalah hidup bahagia. Ada juga yang mengatakan sukses adalah ketika hidup bermanfaat. Ketika saya coba tanyakan lebih lanjut apa artinya hidup bahagia dan bermanfaat, kembali mereka bingung.
Sebagian lantas menjawab bahwa sukses adalah mimpi yang terwujud. Dengan kata lain, mereka akan menganggap dirinya sukses apabila mimpinya menjadi kenyataan. Ah, tampaknya ini definisi sukses yang paling panyak diyakini orang. Kami lalu melakukan diskusi.
Saya memancing dengan sebuah pertanyaan, “Sewaktu seseorang masuk kuliah di kampus ini, apa impian dia?” Ada yang menjawab, “Lulus dan menjadi sarjana.” Benar sekali sebab itulah puncak impian seorang mahasiswa. Masalahnya, ada satu fenomena yang mau tidak mau harus diakui bahwa pada hari menjelang wisuda, umumnya calon wisudawan akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan karena pada hari wisuda ia resmi menjadi beban bagi orang tuanya, status sosial turun dari kaum intelek menjadi pengangguran hingga kebingungan akan arah masa depannya.
Aneh tapi nyata, di satu sisi ia baru saja meraih impiannya (lulus dan menjadi sarjana) yang harusnya membuat ia bergembira. Namun di sisi lain, terbentang di hadapannya kenyataan hidup lainnya yang harus dihadapi mengenai fase berikut kehidupan. Atas dasar itulah, saya kemudian memberanikan diri untuk sedikit “menggugat” definisi sukses adalah impian yang terwujud.
Tentu, impian yang jelas adalah sesuatu yang sangat penting karena itu adalah wujud tanggung jawab atas kehidupan. Dengan kata lain, jika kita sungguh menganggap hidup ini berharga maka kita harus mengambil waktu untuk merancang masa depan kita.
Hanya saja, ada sesuatu yang mengusik hati saya yaitu benarkah saya baru bisa disebut sukses saat impian saya menjadi kenyataan? Anda mungkin tidak setuju, namun perkenanlah saya menjelaskan beberapa efek negatif yang bisa saja terjadi pada mereka yang menganggap sukses adalah mimpi yang terwujud, yaitu:
- Pikiran yang hanya fokus pada hasil akhir bisa membuat seseorang sulit menikmati proses yang ada.
Proses perjuangan tidak selalu mulus. Ada naik-turun. Terkadang kegagalan bisa datang bertubi-tubi. Tanpa mental yang kuat, seseorang bisa jadi akan cepat putus asa dan mencap dirinya orang gagal. Sebaliknya jika ia sadar bahwa untuk meraih sesuatu ada harga yang harus dibayar maka ia cenderung merangkul kegagalan dan masa-masa sulit sebagai bagian dari proses perjuangan. Ibarat seorang petani yang harus melalui proses demi proses yang ada agar suatu hari nanti ia bisa menuai hasil dari benih yang ditaburnya. Ada masa menabur, ada masa menuai. Di tengah-tengahnya ada suka duka. Cuaca terik, hama sampai perubahan iklim bukanlah untuk ditangisi apalagi menghentikan proses perjuangannya.
- Pikiran yang hanya fokus pada hasil akhir bisa membuat seseorang cenderung menghalalkan segala cara.
Misalnya, seorang remaja memiliki impian punya mobil mewah dan rumah mewah. Impian itu digenggamnya erat-erat. Setiap hari ia selalu mengingatkan dirinya akan impian tersebut. Suatu hari ia menjadi pejabat publik dan impian tersebut masih saja digenggamnya. Ia pun “ngotot” bahwa impian tersebut haruslah menjadi kenyataan. Tanpa landasan etika dan moral yang kuat, bisa jadi akan timbul perilaku-perilaku koruptif yang memang menghantarkannya meraih impian tersebut. Ketika impiannya menjadi kenyataan, ia pun begitu senang. Orang tuanya pun ikut bangga namun pernahkah mereka bertanya, “Dari mana kamu memperoleh semuanya itu?” Contoh lainnya, seorang siswa yang berambisi untuk selalu ranking 1 tanpa mempedulikan proses yang ada. Nyontek atau menjiplak tugas teman sekolah akhirnya bukan lagi menjadi hal yang memalukan demi meraih ranking 1.
- Begitu impian terwujud akan kemungkinan seseorang akan terlalu cepat berpuas diri, tidak mau lagi belajar, berubah dan bertumbuh.
Bayangkan seorang sutradara muda yang bermimpi meraih penghargaan tertinggi sebagai sutradara terbaik di dunia. Lewat proses perjuangan yang panjang, akhirnya ia berhasil meraih penghargaan tersebut. Jika kemudian ia berpikir bahwa perhargaan puncak telah diraihnya dan tidak lagi memiliki impian yang lebih tinggi, ia akan berhenti di situ. Ini ibarat akademisi yang meraih impiannya sebagai guru besar (profesor) lalu merasa tahu segalanya dan tidak mau lagi belajar.
Definisi Pribadi
Secara pribadi, saya mencoba membuat rumusan sendiri tentang arti kesuksesan. Bagi saya sukses adalah sebuah perjalanan. Ya, sebuah perjalanan yang telah kita mulai saat kita lahir. Perjalanan itu akan semakin berarti jika kita menjadi diri kita yang terbaik dan senantiasa melakukan yang terbaik.
Dalam proses perjalanan itu, tentu kita perlu memiliki impian demi impian. Jika impian kita menjadi kenyataan, bagi saya, itu namanya pencapaian (accomplishment). Jika karena pencapaian itu, kita menerima pujiaan atau penghargaan, itu namanya pengakuan atas kesuksesan kita (recognition).
Ilustrasi sederhananya begini. Seorang mahasiswa yang sedari awal masuk kuliah ingin menjadi lulusan terbaik. Ia tekun belajar, mengerjakan tugas dengan baik, mempersiapkan diri secara optimal dalam menghadapi setiap ujian dan cerdas dalam membuat prioritas sehingga di tengah kesibukannya tetap bisa meluangkan waktu untuk bermain dan bersosialisasi dengan rekan-rekannya. Sebetulnya ia sudah sukses namun ia belum meraih impiannya. Jika ia terus bertekun, hingga akhirnya ia menjadi sarjana (accomplishment) dan diakui sebagai lulusan terbaik (recognition). Di titik ini apakah ia harus berhenti bermimpi? Tentu tidak. Ia harus memiliki impian-impian berikutnya, lalu bertumbuh menjadi lebih baik serta terus melakukan yang terbaik.
Seorang istri yang sedang mengandung anak pertama punya impian ingin menjadi ibu yang baik. Hari demi hari dilalui dengan menjaga pola hidup sehat, termasuk pola makan, demi bayi dalam kandungannya. Ketika anaknya lahir, ia begitu bersukacita. Waktu terus berjalan, ia membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang hingga barangkali di suatu titik kehidupan anak-anaknya akan berkata, “Mama terima kasih karena sudah menjadi mama yang baik bagi kami”. Itulah pengakuan atas apa yang telah dilakukan sang ibu di masa lalu.
Secara pribadi, saya menganggap bahwa sebuah pengakuan hanyalah ibarat efek samping. Jika terlalu diharapkan, ia bisa membuat seseorang frustrasi jika tidak mendapatkannya. Sebaliknya, saya lebih banyak memperoleh kepuasan hidup manakala saya terus bertumbuh menjadi diri saya yang terbaik dan melalukan yang terbaik.
Pertanyaannya sekarang, apa definisi sukses menurut Anda? ***
* Best Selling Author, Motivational Teacher, Leadership Trainer & Coach (John Maxwell Team). Klik www.pauluswinarto.com.