Oleh: Paulus Winarto *

leadership-challenges-leadership-matrix

Semua orang yang ingin jadi pemimpin hebat harus memulainya dari memimpin diri sendiri dengan baik.

Sepi peminat. Itu fenomena yang kerap terjadi manakala sebuah institusi pendidikan membuka kesempatan bagi para peserta didik untuk ikut serta dalam Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). Penyebabnya macam-macam. Sebagian mungkin berpikir, nanti saja kalau sudah punya jabatan formal baru belajar kepemimpinan.

Hal itu juga yang terjadi pada saya semasa duduk di bangku kuliah. Saya sama sekali tidak menyadari bahwa memimpin diri sendiri adalah sesuatu yang sangat penting. Para ahli kepemimpinan bahkan dengan tegas mengatakan bahwa kemampuan memimpin diri sendiri sudah merupakan separuh bagian dari kepemimpinan secara keseluruhan. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang telah mampu memimpin diri sendiri dengan baik telah menguasai 50 persen kepemimpinan.

Logikanya sangat sederhana, pemimpin yang mampu memimpin diri sendiri dengan baik akan membawa dampak positif. Misalnya:

  • Ia mampu menunjukkan prestasi nyata.
  • Ia mampu menjadi teladan positif.
  • Ia mampu menjadi agen perubahan.
  • Ia mampu menciptakan atmosfer positif bagi organisasinya sehingga semangat kerja dan kepercayaan (trust) meningkat seiring perjalanan waktu.

Terdengarnya sangat indah namun memimpin diri sendiri justru menjadi tantangan terbesar bagi setiap manusia yang selalu ingin maju. Mengapa? Pengamatan saya mencatat ada beberapa penyebab, yaitu:

  • Tidak mudah untuk mengubah perilaku dan kebiasaan buruk.
  • Kita cenderung terbiasa mendisiplinkan orang lain daripada diri sendiri.
  • Kita cenderung melakukan justifikasi atau mencari-cari alasan atas kesalahan yang kita perbuat (bahkan menyalahkan situasi dan orang lain) daripada mencari solusi untuk memperbaikinya.

Masih ingatkah pengalaman semasa kecil saat betap sulitnya kita dibangunkan untuk bersekolah atau melakukan kegiatan lainnya? Atau kita sendiri tidak segera bangun manakala weker atau alarm di handphone telah berbunyi cukup lama. Istilah “lima menit lagi, ah” telah menjadi sesuatu yang sangat lumrah.

Hal ini diperparah dengan orang tua yang tidak bisa menjadi teladan. “Lakukan yang saya perintahkan tapi jangan ikuti apa yang saya lakukan,” begitu katanya. Seorang ayah yang perokok berat namun melarang putranya merokok, cenderung tidak didengarkan.

Kunci Memimpin Diri Sendiri

Setidaknya ada 5 hal penting yang menjadi kunci bagi setiap orang yang ingin memimpin diri sendiri dengan baik, yaitu:

1. Tentukan secara jelas nilai-nilai utama Anda dan hidupi.
Hidup yang kita jalani hari demi hari penuh dengan benturan nilai (values). Benturan itu terkadang begitu keras sehingga membuat beberapa orang cenderung berkompromi. Lama-lama ia akan terbawa arus dan menjadi orang yang berkepribadian ganda, jika tidak mau dibilang munafik.

Nilai adalah hal-hal yang mempengaruhi dan mengarahkan perilaku sehari-hari. Mereka yang teguh berpegang pada nilai yang diyakini seringkali dikenal sebagai orang yang berkarakter. Mereka tidak kenal kompromi dan siap melakukan hal-hal yang tidak populer. Betapa beruntungnya jika seseorang bisa bekerja di tempat kerja yang corporate values-nya sama persis dengan personal values.

2. Ambil tanggung jawab penuh atas hidup, masa depan dan tugas yang dipercayakan kepada Anda.
Manusia cenderung menilai dirinya lebih baik jika ia sudah menjalani sebuah proses perjuangan dengan sungguh-sungguh namun tidak bisa kita pungkiri orang lain cenderung menilai kita atas hasil akhir.

Percuma berbusa-busa membela diri jika apa yang kita lakukan tidak membuahkan hasil. Prestasi adalah kata kunci orang lain menilai kita. Ambil tanggung jawab penuh. Buktikan diri bisa bekerja dengan baik. Tidak dengan omongan namun dengan kerja nyata!

3. Jadilah teladan dan agen perubahan bagi setiap perubahan yang Anda harapkan terjadi.
Mereka yang mampu memimpin diri sendiri cenderung bangkit dan menjadi jawaban (solusi) bagi permasalahan yang ada. Mereka memilih untuk mengubah diri sendiri terlebih dahulu daripada hanya berteriak mengkritik keadaan.

Ketika orang lain sibuk mencela, mereka memilih berbuat sesuatu agar keadaan menjadi lebih baik. Mereka menjadi pelopor! Tidak selalu dalam hal-hal besar. Justru seringkali dimulai dari hal-hal kecil. Seperti tidak membuang sampah sembarangan.

4. Fokuskan diri untuk mengembangkan kelebihan Anda.
Kontribusi terbaik hanya terjadi manakala setiap orang memberikan yang terbaik sesuai dengan potensi diri masing-masing. Mengenal kelebihan dan kekurangan diri adalah langkah awal untuk meraih keunggulan. Ambil waktu untuk melihat ke dalam. Apa saja talenta, ketrampilan atau passion yang dimiliki?

Potensi diri yang terus diasah dan dikontribusikan tidak hanya membuat seorang manusia berprestasi namun juga menemukan kebermaknaan hidupnya. Hidup akan dijalani dengan penuh vitalitas dan kredibilitas akan semakin terbentuk.

5. Lakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas diri Anda (termasuk miliki mitra akuntabilitas).
Salah satu hal yang seringkali terjadi tanpa disadari adalah keberhasilan seringkali membuat seseorang terlena dan tidak lagi bertumbuh. Melakukan evaluasi berkala menjadi sesuatu yang amat penting bagi mereka yang growth oriented, bukan goal oriented. Sasarannya jelas yaitu menjadi semakin baik dari waktu ke waktu.

Menyadari kelemahan diri dalam mengevaluasi diri, alangkah baiknya jika proses pertumbuhan ini juga melibatkan pihak lain yang peduli dan dengan jujur, terbuka serta obyektif bisa menilai diri kita. Di sinilah perlunya mitra akuntabilitas.

Pada akhirnya, sebagai pemimpin kita harus menyadari semakin baik kita memimpin diri sendiri, semakin mudah pula para pengikut mengikuti kepemimpinan kita. Bagaimana menurut Anda? ***

* Best Selling Author, Motivational Teacher, Leadership Trainer & Coach The John Maxwell Team. Klik www.pauluswinarto.com.