Oleh: Paulus Winarto *
Emotion is based upon outside stimulus, and intuition is based on insight from within
– John C. Maxwell
“Perasaan adalah alat ukur terburuk di dunia,” tegas Sunjoyo, rekan trainer EQUIP dan The John Maxwell Team, yang juga dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha Bandung. Bukan hanya buruk, melainkan terburuk!
Tidak bisa dipungkiri bahwa seringkali perasaan bisa menipu. Tanyakan pada mereka yang pernah menjadi korban dari investasi bodong, mereka pasti mengerti apa konsekuensi dari sekadar mengikuti perasaan. Merasa akan untung besar dalam waktu singkat, banyak orang akhirnya kejeblos. Kasihan!
Bertindak mengikuti perasaan tidak selalu salah namun sangat berisiko. Apalagi jika CKMP (Cara Kira-kira Menggunakan Perasaan). Sudah caranya dikira-kira, alias tidak pasti, masih juga menggunakan perasaan. Hasilnya, bisa sangat jauh dari ekspektasi semula. Itulah sebabnya, saya seringkali tidak terlalu sreg dengan jawaban yang mengandung kata “kayaknya”, “sepertinya” atau “menurut perasaan saya”.
Kalau sesuatu bisa kita pastikan, sebaiknya kita pastikan. Contohnya, pada suatu akhir pekan, saya bersama keluarga mengisi sebuah acara di puncak, Bogor. Seperti biasa, arus lalu lintas di puncak pada saat liburan (termasuk akhir pekan) sangat ramai. Daripada mengatakan, kayaknya macet di mana-mana, saya memutuskan untuk bertanya kepada security penginapan sembari terus memantau arus lalu lintas menggunakan aplikasi gratis di android. Saya bisa melihat video secara live arus lalu lintas, saat itu juga (real time). Ketika sudah mulai lancar, kami pun bergerak. Alhasil, perjalanan kami relatif lancar.
Lalu, apa perbedaan utama antara perasaan dan intuisi? “Intuisi melibatkan pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan sebagainya,” ujar Sunjoyo. Saya sangat setuju dengan Sunjoyo. Tidak mudah memang menjelaskan soal intuisi karena intuisi bukanlah hal yang konkrit dan seringkali intuisi tidak hanya bergantung kepada fakta ilmiah atau bukti empiris.
Intuisi bukanlah perasaan dan sebaliknya, perasaan bukanlah intuisi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi android), intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati. Menurut Webster’s New Universal Unabridged Dictionary, intuition is the “direct perception of truth, fact, etc, independent of any reasoning process; immediate apprehension” or “a keen and quick insight”.
Seorang pengusaha handal yang telah berpuluh tahun menekuni satu bidang bisnis, bisa jadi akan segera memutuskan untuk mengambil atau tidak mengambil sebuah peluang bisnis. Apakah ia menggunakan perasaannya? Tentu tidak. Ia menggunakan intuisinya. Berbekal pengalaman berbisnis, pengetahuan, ketrampilan yang dimiliki serta sejumlah informasi awal, ia dengan cepat membuat keputusan dan memberikan respon, yang bagi sebagian orang dikatakan terlalu berani (berisiko).
Itulah sebabnya, saya sering menganjurkan kepada mereka yang baru mulai merintis bisnis agar memiliki mentor pengusaha. Syukur-syukur pengusaha dalam bidang yang sama atau sejenis. Selain bisa menjadi tempat belajar (menimbah ilmu dan pengalaman) juga bisa “meminjam” intuisi mentor ketika akan memutuskan sesuatu.
Saya masih ingat betul percakapan belasan tahun silam, saat saya baru merintis karir sebagai penulis. Saat itu, Mas Aluisius Arisubagijo atau kerap disapa Mas Ari memberikan aneka tips menulis dan memasarkan buku. “Sekarang kalau bicara buku ngga bisa semata-mata mengandalkan toko buku untuk menjual. Penulis harus aktif bikin kegiatan,” kata Mas Ari yang puluhan tahun berkecimpung dalam dunia penerbitan buku hingga menjadi petinggi di PT Elex Media Komputindo, Gramedia Group.
Mas Ari banyak memberikan masukan dan membantu saya merevisi draft buku pertama. “Mas Paulus, kadang-kadang sebuah buku mungkin isinya biasa-biasa saja namun begitu kita ubah judulnya jadi lebih menarik, eh penjualannya jadi bagus,” lanjutnya. Mas Ari juga yang menyarankan saya menggunakan Bahasa Inggris untuk judul buku. “Judul itu bicara tentang persepsi,” katanya. Barangkali masih banyak juga yang mempersepsikan judul buku dalam Bahasa Inggris sebagai buku import atau lebih “wah”.
Beberapa waktu lalu, putri kami, Priscilla Natali Winarto (11 tahun) mengeluhkan sakit kepala. Dan itu terjadi selama beberapa hari. Kami membawanya ke dokter umum di RS Borromeus Bandung. Dokter Yuliana Hestiani menanyakan apakah ada masalah pada gigi Priscilla? Ternyata tidak. Ia pun berpendapat bahwa biasanya gangguan sakit kepala pada anak berasal dari gigi atau matanya. Benar saja, sesuai rekomendasi dr. Yuliani, kami membawanya ke dokter mata (dr. Susanti NS), di Klinik Spesialis Mata, Netra. Diagnosanya, Priscilla mengalami “mata lelah”. Penyebabnya, sering terlalu lama bermain gadget. Kisah ini semakin menguatkan pentingnya peran intuisi dalam sebuah profesi.
Apakah semua orang punya intuisi? Jawabannya, ya! Setiap orang pasti memiliki intuisi dalam bidang yang merupakan kelebihannya atau dalam bahasa John C. Maxwell, “People are intuitive in the area of strength!”. John mengilustrasikannya sebagai berikut:
Jika Anda memiliki kekuatan dalam hal kemurahan hati (mercy) Anda akan dengan mudah merasakan kesulitan orang lain ketika Anda berjumpa dengan mereka.
Jika Anda memiliki kekuatan dalam bidang administrasi, Anda akan dengan mudah merasakan ada hal yang salah begitu melihat angka-angka dalam lembar laporan (meski pun Anda belum memeriksanya secara detail).
Jika Anda mempunyai kekuatan dalam hal mengajar (teaching), Anda dengan mudah merancang apa yang harus dikatakan dan bagaimana menyampaikannya.
Dengan kata lain, mereka yang memiliki intuisi dalam bidang kekuatan akan jauh lebih mudah membaca situasi yang ada hingga kecenderungan (trends) yang bakal terjadi di masa akan datang.
Pemimpin yang intuitif seringkali dianggap aneh karena berpikir lain daripada yang lain. Ketika pemimpin intuitif melihat tantangan, masalah atau peluang, mereka langsung berpikir: siapa orang terbaik yang bisa mengerjakan hal ini? Apa saja sumber daya –bahan baku, teknologi, informasi, dst- yang kita miliki dan bisa membantu kita? Seberapa besar dana yang dibutuhkan? Bagaimana caranya menyemangati anggota tim untuk meraih prestasi? Intinya, fokus pemimpin intuitif memobilisasi orang, memaksimalkan setiap aset dan sumber daya demi keberhasilan organisasi.
Lalu, apa saja kiat untuk memperkuat dan mengembangkan intuisi? Ada beberapa hal praktis yang bisa dilakukan, seperti teruslah menekuni dan memperdalam bidang kekuatan Anda, amati dan pelajari pola pikir para mentor Anda (termasuk latar belakang dalam pengambilan keputusan), serta belajarlah dari setiap kesalahan. Ingatlah, intuisi berkembang seiring bertambahnya pengalaman Anda. Bagaimana menurut Anda? ***
* Best Selling Author, Motivational Teacher, Leadership Trainer & Coach The John Maxwell Team. Klik www.pauluswinarto.com.