Oleh: Paulus Winarto*
In every success story, you find someone who has made a courageous decision.
– Peter F. Drucker
“Banyak orang yang sering berkata pada saya, ‘Ngga salah nih, tampang kayak kamu punya sekolah?’ Terhadap sindiran semacam itu saya cuma bisa tersenyum, lebih baik dikira tidak punya sekolah tapi punya daripada sebaliknya,” kata Sandy Triyasa, seorang anak muda di Bandung yang kini dikenal sebagai wirausaha dalam bidang pendidikan.
Kids Talent International Pre-School and Kindergarten yang didirikannya bersama istri dan seorang investor sekitar lima tahun silam itu kini bertumbuh pesat. Dari murid yang bisa dihitung dengan jumlah jari sebelah tangan pada awal berdiri, kini Kids Talent telah menjadi sarana belajar bagi lebih dari seratus siswa. Jumlah guru pun telah mencapai lebih dari dua puluh.
Semua ini tentu bukanlah sebuah kebetulan. Apalagi masa lalu Sandy sendiri yang terbilang kurang baik. “Saya dulu hobi tawuran bahkan sempat ditahan aparat segala. Salah satu prestasi saya adalah jumlah skorsing terbanyak saat sekolah,” ujarnya sambil tertawa lebar. Tidak heran, teman-temannya di masa lalu betul-betul heran dengan perubahan perilaku dan perubahan hidup Sandy.
Tidak ada yang yang sia-sia dalam hidup ini. Perubahan hidup yang ditandai dengan mengambil sepenuhnya tanggung jawab atas masa depan adalah salah satu tonggak terpenting, termasuk dalam hidup Sandy. Setelah mengalami kegelisahan atas hidup dan masa depannya, Sandy kemudian bertobat, menjadi aktivis sebuah gereja di Bandung dan masuk sekolah teologi.
Setelah lulus dari sekolah teologi, ia sempat menjadi pekerja full timer pada gerejanya. Namun di tengah jalan, ia merasa bahwa panggilan hidupnya adalah berkarya dalam bidang pendidikan. Sekitar tahun 2005, pada suatu malam, ia mengirimkan pesan singkat (SMS) kepada saya mengenai kegalauannya akan masa depan. Saya ingat betul saat itu saya sedang berada di Yogyakarta untuk acara peluncuran buku.
Saya kemudian menelpon dia dan bertanya apa yang terjadi. Ia pun mulai menceritakan visi hidupnya, terutama soal impian untuk membangun sebuah sekolah umum berlandaskan nilai-nilai luhur. “Kebodohan, kemiskinan dan pengangguran adalah tiga hal yang perlu dicarikan solusinya di negeri ini. Saya merasa terpanggil untuk ikut berkontribusi,” katanya. Bukan kebetulan pada saat itu, sang pacar yang kini telah dinikahinya tengah menempuh studi S2 dalam bidang psikologi anak.
Hidup harus bermanfaat, itu prinsip terpenting. Dan menjadi bermanfaat tidak harus selalu dengan berkarya di dalam lembaga keagamaan seperti gereja. Atas dasar itulah saya kemudian menyarankan agar ia benar-benar mengikuti kata hatinya. “Jangan lupa untuk mendoakan juga impianmu itu,” kata saya. Akhirnya Sandy mengambil keputusan yang berani untuk mewujudkan impiannya itu.
Tahun berlalu, saya ikut bangga akan prestasi dan kebermaknaan hidup yang telah diraih Sandy. Tidak hanya itu, kini, ia juga telah menulis tiga buah buku motivasi. Di tengah kesibukannya Sandy juga masih sempat melakukan berbagai pelayanan gereja dan sejumlah kegiatan non-profit, termasuk menjadi President House of Talent (HOT) Ministry, sebuah lembaga pelatihan soft skill non-profit (www.hotministry.org).
7 KEBERANIAN UNTUK MERAIH KESUKSESAN
Apa yang dialami Sandy juga bisa terjadi dalam hidup Anda dan saya. Persoalannya, apakah kita cukup berani untuk menjadi pribadi yang sukses dalam hidup ini? Menurut pengalaman dan apa yang saya pelajari, diperlukan sejumlah keberanian agar seseorang bisa berhasil dalam hidup ini. Mari kita bahas satu per satu.
1. Dare to dream.
Bagaimana kita bisa mewujudkan masa depan yang gilang-gemilang sementara kita sendiri tidak tahu seperti apa masa depan yang gilang gemilang itu? Berani menyusun gambaran atas masa depan atau visi adalah wujud nyata seseorang dalam mengambil tanggung jawab atas perubahan hidup dan masa depannya. Visi bukanlah impian kosong atau khayalan semata. Visi adalah gambaran masa depan yang jelas, sering dipikirkan, diucapkan dan membangkitkan semangat untuk diraih. Bagaimana agar sebuah impian bisa menimbulkan semangat? Cobalah melihat manfaat-manfaat positif yang akan kita peroleh jika impian kita menjadi kenyataan. Manfaat tersebut tidak hanya untuk kita secara pribadi tapi juga orang-orang di sekitar kita, terutama orang-orang yang kita kasihi.
2. Dare to try.
Berani bermimpi adalah satu hal. Berani mewujudkan impian adalah hal lain lagi. Diperlukan keberanian untuk membuat impian menjadi kenyataan. Kata kuncinya adalah action. Memang semua tindakan belum tentu membuahkan hasil namun tidak ada tindakan sama sekali adalah jaminan tidak ada hasil. Tindakan-tindakan yang dilakukan tentulah harus berdasarkan pada perencanaan. Jika seseorang serius dengan impiannya, biasanya sebelum tidur di malam hari atau setiap bangun pagi, ia akan mengambil cukup waktu untuk merencanakan apa yang akan dilakukannya hari itu agar ia semakin dekat dengan impiannya, setelah itu ia mendisiplinkan dirinya untuk melakukan apa yang telah direncanakannya itu.
3. Dare to be different.
Saya pernah menonton sebuah klip yang sangat inspiratif tentang seorang gadis tuli yang sedari kecil bermimpi menjadi pemain biola. “Ibarat bebek yang ingin terbang, demikian juga gadis tuli yang ingin belajar main biola. Apakah kamu sudah gila?”, “Kenapa tidak mencoba yang lain saja?”, “Kamu hanya membuang-buang waktu saja!” demikian cemoohan yang kerap diterima sang gadis ini. Suatu ketika, penuh linangan air mata, ia berbicara dengan bahasa isyarat kepada guru biolanya, “Mengapa saya begitu berbeda dengan anak-anak lainnya?” Sang guru hanya menjawab, “Mengapa kamu harus sama dengan anak-anak lainnya?”. Nasihat inilah yang membuatnya terus berusaha dan berhasil menjadi pemain biola. Ingatlah, bahwa kita tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang dalam hidup ini. Setiap manusia diciptakan unik dan justru keunikan itulah yang menjadi nilai tambah bagi seorang anak manusia.
4. Dare to fail.
John C. Maxwell dalam bukunya Failing Forward menegaskan, perbedaan antara orang rata-rata dan orang-orang yang berprestasi adalah persepsi mereka dan respon mereka atas kegagalan (the difference between average and achieving people is their perception of and response to failure). Ya, ada orang yang melihat kegagalan sebagai batu sandungan namun ada yang melihatnya sebagai batu loncatan. Orang sukses lebih banyak menemui kegagalan daripada orang gagal dan orang rata-rata karena mereka lebih banyak mencoba. Dengan kata lain, semakin banyak mencoba semakin banyak peluang untuk gagal dan juga semakin banyak peluang untuk berhasil. Yang terpenting ketika menemui kegagalan, jangan hanya berpangku tangan, menyalahkan orang lain (dan situasi) apalagi menyerah. Lakukan evaluasi secara serius. Bisa sendiri atau bersama orang yang lebih tahu dan lebih berpengalaman (misalnya mentor) lalu susun strategi ke depannya dan bangkit lagi!
5. Dare to learn.
Seorang pemenang tidak boleh berhenti belajar. Dunia terus berubah. Kompetisi semakin ketat. Standar keunggulan senantiasa berubah secara cepat dari waktu ke waktu. Kemampuan untuk beradaptasi dan belajar secara cepat akan sangat menentukan keberhasilan dalam hidup. Persoalannya, ada orang yang belajar hanya sekadar ingin tahu (learning to know). Nah, orang-orang semacam ini biasanya tidak akan mengalami perubahan hidup, kecuali pengetahuannya bertambah. Namun ada juga orang yang belajar untuk melakukan dan belajar untuk berubah ke arah lebih baik (learning to do and to change). Kelompok terakhir inilah yang biasanya menjadi pemenang dalam kehidupan.
6. Dare to pray.
Manusia boleh berusaha sekuat tenaga, namun Tuhanlah yang menentukan. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa ada Kekuatan Maha Dashyat yang mengatur alam semesta dan isinya. Menjadi orang yang optimis adalah kunci penting ketika kita sedang memperjuangkan sesuatu. Rasa optimisme itu biasanya akan meningkat jika perjuangan kita disertai juga dengan doa yang tekun. Secara pribadi, saya sangat yakin, bahwa jika sesuatu yang kita perjuangkan itu memang direstui-Nya, cepat atau lambat kita pasti dapat meraihnya. Namun jika bukan kehendak-Nya, tidak banyak gunanya jika kita ngotot dan memaksakan diri. Berusahalah semaksimal mungkin lalu berserah adalah hal terbaik yang mungkin dapat dilakukan seorang anak manusia dalam hidupnya.
7. Dare to give.
Seorang sahabat pernah berkata, “Tangan yang terkepal tidak bisa memberi. Namun tangan yang terkepal juga tidak bisa menerima.” Ya, apalah artinya hidup ini jika semua yang kita dapatkan semata-mata hanya untuk memuaskan hawa nafsu kita sendiri? Kebermaknaan hidup adalah impian semua orang, terutama bagi mereka yang berangkali berada di ujung kehidupan. Dalam suatu titik kehidupan, ketika seseorang menengok ke belakang ia akan mendapatkan jauh lebih banyak kepuasan dan kebahagiaan dari apa yang telah diberikannya bagi sesama daripada apa yang diambilnya atau diraihnya dalam hidup ini. Itulah sebabnya kebermaknaan hidup sangat erat kaitannya dengan membuat hidup bermanfaat bagi sesama, bahkan bagi alam ini.
Bagaimana menurut Anda?
* Best Selling Author, Motivational Teacher and Leadership Trainer. Click www.pauluswinarto.com.