Oleh: Paulus Winarto *
Tanggung jawab yang kita ambil tidak hanya mendorong kita untuk selalu berbuat yang terbaik, tapi juga akan meminimalkan penyelesalan-penyesalan yang tidak perlu di kemudian hari.
– Paulus Winarto
“Mengapa kita harus belajar sungguh-sungguh agar bisa lulus dengan hasil terbaik?”, demikian pertanyaan yang saya ajukan kepada sekelompok siswa kelas 3 SMA yang akan memasuki masa ujian nasional. Pertanyaan terbuka ini memancing beragam respon dan menguak motivasi terdalam seseorang.
Jawaban yang saya terima pun beraneka ragam. Berikut beberapa di antaranya:
- Itu sudah kewajiban saya terhadap orang tua yang menyekolahkan saya.
- Belajar sungguh-sungguh adalah tanda bakti saya kepada orang tua.
- Kalau nilai saya tidak baik, orang tua akan kecewa atau marah.
- Agar saya memiliki kebanggan karena bisa lulus dengan nilai terbaik.
- Itu adalah bentuk nyata tanggung jawab saya sebagai siswa.
Menarik memang ketika kita menyimak jawaban tersebut. Ini bukan soal benar atau salah, namun soal menyelami pola pikir dan perasaan dalam diri siswa. Satu hal yang menggelitik saya adalah ketika dikaitkan dengan yang namanya tanggung jawab. Ya, tanggung jawab!
“Tanggung jawab” bukanlah kata yang populer atau sifat yang secara natural berkembang dalam diri seseorang seiring pertambahan usia. Kata ini sering kali justru dihindari. Misalnya dalam bentuk menyalahkan situasi atau orang lain. Atau, terbungkus dalam untaian alasan bahwa dirinya adalah korban (victim) dari sesuatu di luar dirinya. Contoh paling sederhana adalah ketika seorang siswa ditanya mengapa nilai ujiannya jelek, jawaban yang spontan keluar adalah, “Guru mata pelajaran ini sangatlah menyebalkan sehingga saya tidak punya gairah untuk belajar.”
Seorang sahabat yang rajin melakukan pelayanan kepada para narapidana di penjara menuturkan bahwa tidak sedikit orang yang mendekam di balik jeruji besi lebih memilih menyalahkan situasi atau orang lain, ketimbang menyatakan bahwa hukuman yang sedang dijalaninya adalah bentuk dari tanggung jawab. “Saya terpaksa melakukan hal ini karena himpitan ekonomi’, “Saya dijerumuskan oleh si A”, “Saya hanya ikut-kutan saja”, demikian beberapa jawaban yang kerap terdengar ketika ditanya mengapa yang bersangkutan bisa terseret kasus hukum.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa tanggung jawab adalah sebuah pilihan. Namanya pilihan, tentu bisa dipilih atau tidak dipilih. Memilih ada konsekuensi. Tidak memilih pun ada konsekuensi. Jika dicermati lebih jauh, satu karakteristik menonjol dari orang-orang yang berhasil dalam hidupnya adalah mereka pasti pribadi yang bertanggung jawab.
Bahkan, dalam kepemimpinan, tanggung jawab adalah hal yang sangat mutlak diperlukan. Seorang pemimpin sejati sadar bahwa tugas bisa didelegasikan, namun tidak demikian dengan halnya dengan tanggung jawab. Pemimpin sejati tidak main lempar tanggung jawab.
Saya teringat iklan jadul: menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan. Sangat tepat pernyataan tersebut! Apa tanda seseorang benar-benar dewasa? Menurut saya, tanda kedewasaan yang tidak bisa ditawar-tawar adalah tanggung jawab. Pribadi yang dewasa memilih mengemban tanggung jawab dan melaksanakannya dengan penuh kesungguhan.
Mengapa Tanggung Jawab Penting?
Sekali lagi, “tanggung jawab” bukanlah kata yang populer atau menarik, namun “tanggung jawab” adalah kata yang sangat penting dan terbukti mampu memberikan dampak berarti dalam hidup setiap insan. Tidak berlebihan, jika Winston Churchill menegaskan bahwa harga sebuah kebesaran terletak pada tanggung jawab (the price of greatness is responsibility).
Mengapa tanggung jawab begitu penting? Menurut saya, berikut adalah beberapa alasannya:
1. Tanggung jawab menyingkirkan dalih-dalih yang tidak perlu.
Orang-orang yang pandai membuat alasan (dalih) adalah orang-orang yang jauh dari yang namanya keberhasilan hidup. Sebaliknya, mereka yang memilih bertanggung jawab akan membuang jauh-jauh berbagai alasan (dalih) yang berpotensi menghalangi mereka untuk mencapai impian.
2. Tanggung jawab mendorong seseorang untuk selalu berbuat yang terbaik.
Mereka yang bertanggung jawab tidak menerima yang namanya rata-rata atau pas-pasan. Mereka tidak bekerja asal-asalan. Mereka mengejar keunggulan. Rasa tidak puas yang mereka miliki adalah rasa tidak puas yang positif. Mereka mengupayakan hal-hal yang lebih baik dari yang sudah ada. Bertumbuh dan menjadi lebih baik adalah orientasi dalam hidup mereka.
3. Tanggung jawab mendatangkan rasa hormat.
Rasa hormat (respek) tidak datang dengan sendirinya. Rasa hormat haruslah diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Jika seseorang terbiasa melakukan pekerjaan dengan penuh rasa tanggung jawab, cepat atau lambat, rasa hormat dari orang-orang di sekitarnya akan mulai tumbuh. Bandingkan dengan mereka yang kerjanya hanya ngomong doang (omdo). “Talk less, do more!” menjadi semboyan yang penting bagi mereka yang bertanggung jawab.
4. Tanggung jawab melahirkan kepuasan dan kebermaknaan hidup.
Mereka yang bertanggung jawab akan melihat manfaat-manfaat positif dari apa yang sudah mereka kerjakan. Manfaat-manfaat positif inilah yang membuat mereka mendapatkan kebahagiaan atau kepuasan batin. Manfaat-manfaat positif ini juga yang semakin menyadarkan mereka bahwa hidup harus bermakna, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi bagi orang lain, terutama mereka yang berada di lingkungan sekitar.
5. Tanggung jawab akan menarik tanggung jawab yang lebih besar.
Barangsiapa tidak bisa dipercaya dalam hal kecil, tidak akan bisa dipercaya dalam hal besar. Barangsiapa tidak setia dalam hal kecil, tidak akan bisa setia dalam hal besar. Sebaliknya, jika seseorang terbukti setia dan bisa dipercaya dalam hal kecil, seiring perjalanan waktu, ia akan diberikan kepercayaan dalam hal yang lebih besar. Meminjam istilah John C. Maxwell, “Tomorrow’s opportunity is determined by yesterday’s responsibility.” Ya, peluang di hari esok ditentukan oleh tanggung jawab yang diemban pada hari kemarin.
Di bagian akhir ini, perkenanlah saya mengajukan pertanyaan sebagai seorang sahabat. Tanggung jawab apa saja yang sedang Anda emban saat ini? Dan, sudahkah Anda melaksanakannya dengan penuh kesungguhan? ***
* Best Selling Author, Motivational Teacher, Leadership Trainer & Coach The John Maxwell Team. Klik www.pauluswinarto.com.