Oleh: Paulus Winarto*

conference-2533871_960_720

Two are better off than one, because together they can work more effectively. If one of them falls down, the other can help him up. But if someone is alone and falls, it’s just too bad, because there is no one to help him.

King Solomon

 

Sinergi! Kata itu seolah menjadi bagian tidak terpisahkan jika seseorang atau sebuah perusahaan ingin mencapai hasil yang lebih besar. Banyak orang yang mengatakan kalau kata sinergi berarti bekerja bersama (working together)namun bagi saya sinergi tidak hanya bekerja bersama. Mengapa? Banyak orang bekerja sama namun hasilnya justru tidak maksimal.

Sinergi adalah suatu kerja sama antara beberapa pihak (atau individu) yang dilandasi dengan niat baik, komitmen serta tujuan yang sama demi menghasilkan prestasi yang lebih besar daripada akumulasi prestasi masing-masing pihak (atau individu). Contohnya begini, pada suatu kontes kuda penghela didapati kuda pertama sanggup menghela gerobak dengan berat 2.250 kilogram sedangkan kuda juara kedua hanya sanggup menarik gerobak dengan berat 2.000 kilogram.

Nah, ketika kedua kuda ini digabungkan sebagai satu tim, berapa kira-kira beban yang bisa ditarik bersama-sama? Secara matematis bisa jadi kita akan menjawab 4.250 kilogram. Angka ini didapat dari 2.250 kilogram + 2.000 kilogram. Faktanya, beban yang bisa ditarik keduanya adalah 6.000 kilogram! Dengan kata lain, ada 1.750 kilogram yang tampaknya hadir secara misterius. Itulah sebabnya Pat Williams, penulis buku The Magic of Teamwork berujar, “Sinergi adalah suatu misteri yang sulit dipahami, yang terjadi ketika semua energi tim berdenyut dalam satu kesatuan, bersinkronisasi, dan harmonis mengalir ke arah sasaran.”

Bentuk sinergi lainnya yang paling sederhana adalah kita. Ya, kita! Manusia! Bukankah kita ini lahir dan ada karena sinergi ayah dan ibu? Sehebat apa pun seorang laki-laki tidak mungkin bisa melahirkan anak. Begitu dengan wanita. Sefeminim apa pun seorang wanita, ia butuh laki-laki agar ada bisa meneruskan keturunan.

SINERGI DALAM TIM

Meski manusia pada umumnya menyadari kekuatan sinergi namun tidak semua bisa melaksanakannya. Dengan mata kepala kita bisa melihat sebuah tim yang tidak kompak atau masing-masing anggotanya bergerak sendiri-sendiri, saling sikut-menyikut, dan sebagainya. Sesungguhnya mereka bukanlah tim, melainkan hanya sekelompok individu

Lantas, bagaimana sinergi bisa terjadi? Menurut saya, setidaknya ada 5 faktor utama yang harus ada dalam setiap anggota tim agar sebuah sinergi sungguh terjadi.

  • Setiap anggota tim mau memandang anggota tim lainnya sebagai rekan kerja bukan kompetitor.

Seringkali sebuah perusahaan sulit maju karena terjadi persaingan tidak sehat di dalam tim, yang ditandai saling menjatuhkan dan saling menyikut. Jika gejala ini dibiarkan lambat-lambat sikap ini akan membuat suasana kerja tidak enak karena sikap itu menular. Sikap positif cepat menular namun sikap negatif jauh lebih cepat menular.

Seorang sahabat yang menjadi pimpinan sebuah bank besar pernah bercerita mengenai sebuah fenomena unik di beberapa cabang bank tersebut. “Biasanya ada perasaan iri jika teman-teman cabang lainnya lebih maju,” katanya. Padahal, seharusnya cabang yang minim itu bangga dan memberanikan diri untuk belajar dari cabang yang lebih sukses. Kesadaran bahwa kita saling membutuhkan adalah obat paling mujarab demi terciptanya kebersamaan. Dan pemimpinlah yang paling bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan serta menjadi teladan dalam hal ini. Terkadang justru pemimpinlah yang merasa tersaingi oleh anak buah yang dianggapnya lebih pandai. Sungguh berbahaya!

  • Setiap anggota tim memilih untuk berfokus pada sasaran tim.

Anda tentu ingat grup musik 3 Diva (Krisdayanti, Titi DJ dan Ruth Sahanaya). Jika pada hari ini, masing-masing dari mereka ada konser tunggal di Bandung, maka masing-masing boleh berharap penonton mereka paling banyak. Namun jika mereka sudah tampi sebagai 3 Diva maka pola pikir seperti itu harus dibuang jauh-jauh! Merupakan sesuatu yang sangat berbahaya jika ada anggota tim yang ingin tampil menonjol seorang diri alias menjadi bintang. Tujuan sebuah tim berkarya adalah mencapai kesuksesan tim, bukan individu.

  • Setiap anggota tim bersedia memberikan kontribusi terbaik sesuai dengan potensi masing-masing.

Right man in the right place merupakan kunci penting lainnya bagi keberhasilan tim. Namun penempatan di tempat yang tepat bukanlah jaminan anggota tim akan melakukan yang terbaik. Diperlukan pemimpin yang bisa memotivasi dan memberdayakan. Diperlukan lingkungan yang baik serta rekan-rekan tim yang baik agar potensi setiap anggota tim bisa dikembangkan sehingga pada waktunya bisa dikontribusikan secara maksimal.

  • Setiap anggota tim bersedia membiarkan anggota tim lainnya untuk juga memberikan kontribusi terbaik sesuai dengan potensi mereka.

Disadari atau tidak, terkadang kita memiliki sifat sok tahu atau sok ngatur. Inilah yang kerap membuat sebuah tim tidak bisa berprestasi maksimal. Diperlukan sebuah kedewasaan dan sikap legowo dalam bentuk mau memahami teman-teman di bagian atau divisi lainnya. Lalu, diberikan kesempatan agar mereka bisa berprestasi maksimal sehingga akan mendukung prestasi tim secara keseluruhan.

  • Setiap anggota tim memiliki cara pandang yang benar terhadap pekerjaan.

Pekerjaan bukanlah sekedar sarana untuk mencari nafkah, tetapi pekerjaan juga dapat dipandang sebagai sarana untuk melayani orang lain, entah itu customer atau sesama rekan kerja, dan seterusnya. Kehadiran kita di tempat kerja menjadi berarti jika sungguh dapat meringankan pekerjaan rekan-rekan kerja lainnya (terutama atasan langsung kita). Ingatlah, karyawan yang memberatkan sebuah perusahaan bukanlah karyawan dengan gaji paling besar, namun karyawan yang tidak produktif.

Selamat mencoba.

* Penulis Buku Starting Your Leadership Journey, Trainer dan Dosen. Beralamat di www.pauluswinarto.com atau pwinarto@cbn.net.id.