Oleh: Paulus Winarto *

“No one ever attains very eminent success by simply doing what is required of him; it is the amount and excellence of what is over and above the required that determines the greatness of ultimate distinction.”
– Charles Kendall Adams
1835-1902, Professor of History and Author

Pernahkah Anda merenungkan nilai dari pekerjaan atau profesi yang saat ini Anda tekuni? Untuk memperjelas maksud saya, perkenankan saya mengutip pernyataan seorang sales mobil. “Sekian tahun menekuni profesi ini saya baru menyadari kalau pekerjaan saya ini bernilai. Saya tidak hanya menjual kendaraan yang bisa dipakai pemiliknya untuk bepergian tapi saya juga melengkapi kebahagiaan keluarga mereka,” katanya.

Anda mungkin bertanya, bagaimana mungkin sebuah mobil bisa melengkapi kebahagiaan sebuah keluarga? “Akhir tahun silam, ketika saya mengantar mobil itu ke rumah customer, istri dan anak-anaknya rupanya telah menunggu. Mereka sangat antusias. Setelah proses serah terima berlangsung, saya berpamitan untuk pulang. Rencananya saya akan memesan taksi sebab hari itu saya mengantar mobil tersebut sendiri. Customer saya ini kemudian menawarkan kebaikan hatinya, saya boleh nebeng sampai tempat tertentu untuk kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan umum. Kebetulan sore ini mereka akan berkunjung ke rumah orang tuanya. Selama perjalanan, saya melihat keceriaan anak-anaknya. Mereka tampaknya senang memiliki mobil baru yang lebih lega dibandingkan sedan lamanya. Selain itu, ada televisinya di dalam mobil tampaknya membuat anak-anaknya suka sekali,” lanjutnya.

Lain lagi pengalaman seorang pramugari sebuah maskapai penerbangan terkenal di negeri ini. Sang pramugari yang juga merupakan ibu seorang anak ini tentu memiliki pengalaman pribadi maupun mengamati bagaimana perilaku anak-anak yang bepergian dengan orang tuanya menggunakan pesawat terbang. Biasanya pada penerbangan perdana muncul rasa gelisah. Perubahan tekanan udara akibat ketinggian membuat kondisi dalam telinga terkadang menjadi sangat tidak nyaman, terutama pada balita. Perilaku rewel hingga tangisan menjadi hal yang sangat biasa dalam situasi seperti ini.

Sebagai pramugari yang membawa misi perusahaan untuk menjadikan setiap perjalanan menyenangkan akan mencoba beberapa cara untuk mengatasi hal ini. Misalnya memberikan mainan kecil sehingga bisa mengalihkan perhatian anak untuk sementara waktu. Terkadang, sang pramugari ini akan meluangkan waktu beberapa menit untuk menyapa atau bercakap-cakap dengan penumpang ciliknya sebelum ia menyerahkan hadiah mainan kecil. “Saya berharap agar anak-anak bisa memperoleh pengalaman yang berkesan selama perjalanan,” ujarnya.

Kisah sederhana dari sales mobil dan pramugari di atas barangkali bisa menginspirasi kita tentang tindakan-tindakan kecil yang memberikan makna mendalam. Tidak bisa dipungkiri terkadang saya (dan barangkali Anda sendiri) menganggap tindakan melayani haruslah bersifat spektakuler, memukau panca indra dan memberi kesan mendalam di hati orang yang dilayani. Pandangan seperti ini kerap membuat kita lupa bahwa sesungguhnya kita bisa membangun nilai pekerjaan dari hal-hal kecil.

Beberapa waktu lalu saya diundang seorang sahabat untuk menghadiri sebuah seminarnya di kawasan Dago, Bandung. Seminar di hotel bintang empat itu berlangsung meriah dan saya mendapat sebuah pelajaran amat berharga malam itu dari seorang pelayan hotel. Kesigapan sebagai wujud sikap yang selalu siap melayani seperti telah menjadi budaya kerja di hotel tersebut.

Ceritanya begini, ketika saya mengambil kue coklat, sebagian kue itu jatuh ke lantai. Segera saya memungutnya lalu memasukkan ke tisu dan menengok kiri-kanan untuk mencari tempat sampah. Melihat itu, seorang pelayanan hotel segera menghampiri saya. Sambil mengulurkan tangan kanannya, ia berkata, “Bisa saya bantu, Pak?” Sebuah respon yang sangat bagus!

Bagi Anda yang bisa berbelanja ke supermarket atau hipermarket, pernahkah Anda bingung mencari lokasi barang yang Anda cari? Bagi saya dan istri, cara terbaik ketika hal ini terjadi adalah bertanya kepada petugas. Saat itu, kami bisa melihat dengan jelas, sikap melayani karyawan perusahaan tersebut. Ada yang hanya menunjukkan lokasinya, ada juga yang dengan senang hati akan mengantarkan ke lokasi yang dituju.

Tentu, sikap-sikap semacam ini bisa dilatih sehingga menjadi standar pelayanan sebuah perusahaan namun jika tidak dilakukan dengan hati tentu tidak akan memberikan dampak maksimal. Lihat saja, senyum dan sapaan petugas bank (teller) saat kita melakukan setor atau tarik tunai. Ada yang benar-benar melakukannya dengan tulus. Ada juga yang sekedar mengikuti prosedur sehingga terkesan mekanistik, jika tidak mau dikatakan robot bernyawa.

Membangun kesadaran bahwa customer-lah yang menggaji para karyawan melalui perusahaan, terkadang bisa membuat karyawan tergugah untuk memberikan yang terbaik. Jika kesadaran itu ditambah dengan memaknai pekerjaan sebagai suatu kesempatan membahagiakan sesama manusia hingga pekerjaan sebagai ibadah, barangkali bisa mengubah perilaku seseorang di tempat kerja.

Kata Kunci Nilai Pekerjaan

Ada begitu banyak pendapat, teori atau pandangan tentang menciptakan nilai tambah sebuah pekerjaan. Secara pribadi, saya sendiri berpandangan sederhana. Menurut saya, ketika sebuah pekerjaan dapat menjawab kebutuhan dan keinginan seseorang atau menyelesaikan masalah, saat itulah pekerjaan akan memiliki sebuah nilai. Dan, nilai itu akan semakin meningkat manakala apa yang diberikan itu melampaui apa yang diharapkan atau melampaui apa yang bisa diberikan oleh pihak lain. Hal ini berlaku pada tataran corporate atau pun individu.

Bagaimana menurut Anda? ***

* Best Selling Author, Motivational Teacher and Leadership Trainer. Klik www.pauluswinarto.com.