BANDUNG, (PRLM).- Saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada krisis kepemimpinan yang luar biasa, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengenalan character building sedini mungkin pada generasi muda saat ini sehingga mereka dapat menyadari pentingnya peran kepemimpinan.
Hal tersebut dikatakan motivator sekaligus penulis buku Paulus Winarto, saat acara bedah buku dan gelar wicara “Bagaimana Memaksimalkan Kepemimpinan Anda” di Aula Redaksi Pikiran Rakyat, Selasa (25/5).
Krisis kepemimpinan di Indonesia terjadi karena kurangnya teladan, dan kurangnya orang-orang yang punya hati. “Sebenarnya Indonesia tidak kekurangan orang pintar tapi kurang orang yang punya hati pada orang lain,” katanya. Dia menambahkan, kalau sudah bicara hati minimal orang tersebut tidak menyusahkan orang lain, “Kita mesti sadar tujuan hidup kita di dunia itu untuk apa,” tutur Paulus.
Untuk memperbaiki jiwa kepemimpinan di negara ini, harus dimulai dari dalam diri kita masing-masing. Sehingga berkontribusi membuat keadaan menjadi baik dari sebelumnya. “Jadi memimpin diri sendiri bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti jangan membuang sampah sembarangan atau tertib di jalan raya, sehingga dapat dicontoh minimal oleh keluarga kita,” kata Paulus.
Dia menambahkan, banyak orang berpikir bahwa kepemimpinan dapat dipelajari ketika mempunyai posisi managerial atau kepala bagian. Padahal kepemimpinan tidak mudah dipelajari secara mendadak, karena hal yang paling sulit dipelajari adalah bagaimana cara memimpin diri sendiri.
Selain itu, pengaruh merupakan salah satu unsur yang paling dominan dibandingkan dengan posisi atau jabatan di perusahaan atau instansi. Paulus mencontohkan, politikus sangat tahu jika artis bisa menjadi pengaruh pada masyarakat sehingga para politikus lebih memilih artis sebagai model iklannya daripada tokoh politik.
Berdasarkan riset kepemimpinan yang dilakukan oleh John C. Maxwell, 10 persen kepemimpinan terjadi karena bakat alam sejak lahir, sedangkan lima persen disebabkan krisis di mana figur seorang pemimpin diperlukan, dan 85 persen lainnya terjadi karena dibimbing oleh pemimpin lain. “Cikal bakal seseorang menjadi pemimpin terlihat sejak anak-anak, biasanya anak tersebut selalu mengatur teman-temannya yang lain,” tutur pria kelahiran Sorong ini. (CA-04/das)***
Sumber: Pikiran Rakyat