HarianBernas.com – Paulus Winarto sejak tahun 2002 memulai bidang karirnya dengan menjadi penulis buku. Kini sudah menerbitkan 19 buku.
Buku pertamanya berjudul First Step to Be An Entrepreneur diterbitkan Elex Media Komputindo (Gramedia Group). Di luar dugaan, buku tersebut ternyata menjadi best seller lalu mulailah, ia dipanggil bicara di mana-mana. Alhasil, nyemplung juga menjadi jadi trainer. Kemudian, publik pun menjulukinya sebagai motivator.
“Secara pribadi, saya lebih suka disebut trainer daripada motivator. Bagi saya motivator lebih merupakan sebuah fungsi daripada profesi. Alasannya, seorang ayah atau ibu harus bisa menjadi motivator bagi anak-anaknya. Seorang guru harus bisa menjadi motivator bagi para muridnya. Begitu pun dengan seorang pemimpin, harus bisa menjadi motivator bagi anak buahnya,” ungkapnya ke Bernas (27/3).
Titik baliknya untuk menjadi penulis buku terjadi setelah empat bulan terjun berwirausaha dalam bidang selular (toko hp dan pulsa). Di sebuah tengah malam, bulan Februari 2002, ia mengaku mendapat semacam pencerahan atau wangsit setelah berdoa.
“Ketika itu, dengan sangat jelas saya mendengar suara bahwa saya harus berbuat sesuatu untuk negeri ini, dimulai dari menulis buku tentang merintis bisnis. Saya yakin betul itu suara Tuhan,” ujarnya.
Ia pun sempat perang batin dan bergumul mengingat belum pernah menulis buku, meski di sisi lain, ia sadar pernah menjadi jurnalis selama hampir 5 tahun.
”Menulis buku dan menulis berita tentu dua hal yang berbeda kan? Singkat cerita, akhirnya saya putuskan mengikuti tuntunan suara itu. Draft buku saya ditolak sekitar 6 kali oleh penerbit sebelum akhirnya buku pertama terbit pada Oktober 2002 dan jadi best seller,” jelasnya.
Secara keilmuan, Dr. John C. Maxwell berperan atas apa yang dicapainya saat ini karena guru kepemimpinan No.1 dunia dan telah menulis 103 buku kepemimpinan.
“Saya mengenal beliau sejak 2002 dan mulai dibimbing beliau serta timnya sejak 2003. Saya juga memegang lisensi training beliau sejak saat itu,” tuturnya.
Pria kelahiran Sorong, Papua ini membagikan pengalaman uniknya di pekerjaannya.
“Awal mula jadi pembicara, saya susah tidur. Jadi, kalau mau acara hari X maka dua malam sebelumnya saya susah tidur. Ini terjadi sekitar 2-3 tahun awal karir saya sebagai pembicara. Kuncinya jam terbang dan persiapan. Selepas itu, tidur nyenyak aja,” ujarnya.
Sarjana Teknik Kimia ini juga menjelaskan tentang alasan menggeluti bidang profesinya sampai sekarang ini.
“Saya meyakini ini sebagai misi hidup atau panggilan hidup saya (purpose) dalam rangka mempersiapkan dan mengembangkan pemimpin masa depan Indonesia. Selain itu, saya melihat dampaknya sangat positif. Tidak hanya orang-orang memberikan respon buku saya bermanfaat, namun juga ada beberapa yang mengirimkan email (atau menyampaikan langsung) bahwa buku yang saya tulis mencegah mereka bunuh diri. Hal-hal seperti ini memberikan kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan materi atau uang,” jelasnya.
Alumni Universitas Katolik Parahyangan, Bandung memaparkan permasalahan yang paling sering dihadapi dalam pekerjaannya.
”Terkadang suka ada kejenuhan juga. Cara menyikapinya adalah refreshing, misalnya berlibur bersama keluarga atau sekadar ngobrol sama teman-teman. Komunitas sangat penting. Mendekatkan diri kepada Tuhan dan selalu ingat kembali misi hidup saya,” imbuhnya.
Leadership Trainer bersertifikasi dari John C Maxwell / EQUIP, USA ini mengungkapkan tentang tantangan pekerjaan ke depannya.
”Saya masih bermimpi pengen punya lembaga pelatihan softskills yang fokus pada pengembangan diri dan kepemimpinan. Saat ini masih dalam tahap belajar dan mencari partner yang tepat,” tambahnya.
Coach, Teacher, and Speaker bersertifikasi dari The John Maxwell Team ini pun menjelaskan tentang bidang yang digeluti ini penting dilakukan dan dibagikan kepada masyarakat.
“Pengembangan diri adalah hal yang sangat dibutuhkan semua manusia, meski sebagian tidak menyadarinya. Kalau diri kita berkembang menjadi lebih baik maka nasib kita bisa menjadi lebih baik dan hidup kita bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dengan demikian kita juga bisa meraih yang namanya kebermaknaan hidup, tidak hanya sekadar mencapai kesuksesan semata,” jelasnya.
Suami dari Maria Trifa Ermawati ini membangun habit khusus selama ini untuk mendukung pekerjaannya.
”Mencoba menjadi teladan positif bagi orang-orang di sekitar saya, terutama bagi keluarga. Ini sangat penting sebab people do what people see. Riset membuktikan manusia belajar 89% dari apa yang mereka lihat; 10% dari apa yang mereka dengar dan hanya 1% dari indra lainnya. Makanya dalam kepemimpinan yang paling penting adalah memimpin diri sendiri agar bisa menjadi teladan positif,” bebernya.
Penulis buku ini pun memberikan inspirasi dan sarannya kepada orang lain yang membaca kisahnya ini.
“Semua manusia punya potensi menjadi lebih baik. Tinggal mau ngga kita untuk berusaha menjadi lebih baik. Jangan pernah kehilangan harapan. Tuhan mengasihi kita. Selalu lakukan yang terbaik dan serahkan hasilnya kepada Tuhan. Untuk saran, keep growing dan be the best you can be,” katanya.
Pengagum Yesus Kristus ini pun tak memungkiri lingkungan memengaruhinya hingga menjadi seperti sekarang.
“Lingkungan tentu sangat mempengaruhi. Saya ingat pesan bijak bahwa pergaulan buruk merusak kebiasaan yang baik. Namun, saya juga percaya hal sebaliknya bahwa pergaulan yang baik merusak kebiasaan yang buruk. Saya belajar untuk mengasihi semua orang namun sangat selektif memilih teman-teman dekat.Teman-teman dekat saya juga berani mengkritik dan mengoreksi saya. Saya tidak pernah marah atau tersinggung karena saya tahu mereka melakukan itu semata-mata karena mereka menyayangi saya,” urainya.
Motivational Teacher ini memiliki motto dan pandangan tersendiri tentang kehidupan.
“Hidup Anda akan selalu bermanfaat sepanjang Anda memiliki hubungan erat dengan Sang Maha Kuasa, senantiasa mau berubah ke arah yang lebih baik dan mendapatkan dukungan dari orang yang tepat. Motto ini saya buat berdasarkan pengalaman hidup saya. Hubungan dengan Tuhan adalah segalanya agar kita memiliki kedamaian dan kekuatan untuk menjalani hidup. Banyak orang yang kelihatannya sukses atau kaya, tapi hatinya hampa sehingga ada juga yang berakhir tragis bunuh diri.Kalau kita mau keadaan di sekitar bertambah baik, kitanya yang harus berubah menjadi lebih baik dahulu. Kembali lagi soal keteladanan.Dukungan dari orang yang tepat juga sangat penting. Manusia adalah makhluk sosial. Selain itu, kita harus sadar bahwa semua prestasi besar hanya bisa diraih melalui kerja sama tim. Working together winning together!,” jelasnya panjang.
Penyuka hobi membaca buku ini membocorkan rencana atau projectnya dalam waktu dekat.
“Mengumpulkan bahan-bahan untuk buku saya berikutnya 10 Prinsip Utama Pemenang Sejati. Itu akan jadi masterpiece saya,” pungkasnya
Artikel asli ini dimuat pada halaman bernas.id