Sewaktu duduk di bangku SMP dulu, saya sempat merenungkan ucapan Pastor Remi Sene, SVD, soal doa sang tukang kayu dan doa sang petani. “Pada saat yang sama, di suatu pagi, keduanya berdoa kepada Tuhan. Tukang kayu minta agar Tuhan memberikan iklim panas terik agar ia dapat pergi ke hutan dan menebang kayu pada hari itu. Sedangkan petani berdoa minta hujan diturunkan hari itu agar padi yang ditanamnya dapat tumbuh subur,” kata pastor yang memang amat dekat dengan saya ini.
Saya lalu merenung, mungkin saat itu Tuhan harus memilih, doa siapa yang harus dikabulkan terlebih dahulu. Terkadang pikiran yang amat terbatas dan juga liar ini berkata, memang tak mudah jadi Tuhan. Ia harus adil dan memahami dengan penuh kasih sayang terhadap semua ciptaan-Nya. Ia tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya. Dan kita, sudah amat sangat pasti, tak usah mengajari Tuhan kan?
Di suatu malam yang indah, penuh bertaburan bintang – bintang di angkasa bebas sana, saya mengirimkan pesan SMS kepada teman – teman saya. “Lihatlah bintang – bintang di angkasa. Betapa agung Sang Pencipta dan betapa kecilnya kita manusia ini. Bersyukurlah kita masih diberikan anugerah berupa kehidupan ini,” begitu tulis saya. Beberapa teman saya memberikan balasan. Salah satunya menulis, “Puji Tuhan. Amin.” Lainnya berkata, “Kesadaran akan adanya zat yang mengatur semesta ini dipahami sebagai keyakinan kolektif tanpa borders, niscaya bisa menjadi modal untuk meng-create sistem yang sinergi.”
Beberapa hari kemudian, terjadi gerhana bulan. Suatu fenomena alam yang begitu menggetarkan hati setiap insan yang percaya. Seorang kawan yang berbeda agama dengan saya mengirimkan SMS kepada saya. Isinya begitu mempesona. “Lihatlah gerhana bulan, salah satu keagungan-Nya. Betapa kuasanya Dia. Bila Dia menghendaki, dengan mudah memutihkan atau menghitamkan rona kehidupan. Tapi yakinlah akan kemahaadilan-Nya. Dia pasti akan memberikan balasan sesuai karya kita. Dan tak mungkin salah menilai, apalagi mendholimi manusia…” Oh, sungguh indah hidup ini jika kita semua bisa bersatu, berdoa dan memuji Sang Maha Agung. Terpujilah Engkau di tempat maha tinggi, ya Tuhanku dan biarlah damaimu senantiasa beserta seluruh ciptaan-Mu. Amin.
Dikutip dari buku KETIKA IA MENYAPAKU, Paulus Winarto, Obor. Informasi lebih lanjut, klik www.pauluswinarto.com