Oleh: Paulus Winarto *

5LEVELOFLEADERSHIP (1)

Just because you have a leadership position, it doesn’t make you a great leader.

–  John C. Maxwell

Andy – bukan nama sebenarnya – begitu bangga dengan jabatan manager yang baru diterimanya. Tidak hanya gaji, tunjangan dan fasilitas yang ikut naik. Ia pun kini memiliki seorang sekretaris yang gesit. Ada satu hal lagi yang dibanggakannya, “Kini saya bisa perintah-perintah anak buah, bahkan marahin mereka, hahaha… Itulah enaknya jadi pemimpin.”

Aha, rupanya Andi punya pola pandang tertentu tentang menjadi pemimpin. Sekarang, saya ajak Anda menyimak pernyataan dari John C. Maxwell, “Hanya karena Anda memiliki posisi kepemimpinan, itu tidak serta merta menjadikan Anda pemimpin yang hebat!”

Menjadi pemimpin tidak sama dengan menjadi seorang diktator. Menjadi pemimpin sejati tidak sama dengan menjadi pemimpin gerak jalan atau baris-berbaris, yang anak buah secara otomatis pasti mengikuti segala perintah. Tidak aneh jika Maxwell mendefinisikan kepemimpinan adalah pengaruh – tidak lebih, tidak kurang (leadership is influence – nothing more, nothing less). Dengan demikian, pemimpin adalah orang yang berpengaruh.

Bertolak dari definisi kepemimpinan adalah pengaruh, Maxwell hendak memisahkan antara seorang pemimpin yang memang memiliki kualitas kepemimpinan (atau pengaruh) dengan seorang pemimpin yang hanya memiliki posisi atau jabatan. Mereka yang hanya memiliki posisi atau jabatan namun tidak memiliki pengaruh yang besar, seringkali lebih identik dengan pembesar atau pejabat.

Lantas di mana pentingnya otoritas? Otoritas tetaplah diperlukan sebab dengan otoritas seorang pemimpin bisa mendelegasikan tugas serta otoritas (untuk mengambil keputusan) kepada anak buahnya. Otoritas yang ada juga dapat membuat seorang pemimpin mempengaruhi orang yang sama sekali tidak pernah dikenalnya. Singkatnya, otoritas dapat berguna untuk memperluas pengaruh seorang pemimpin.

Maxwell lalu membuat sebuah pendekatan sistematis mengenai perjalanan kepemimpinan seorang pemimpin (the leadership journey). Pendekatan ini kemudian dikenal dengan konsep 5 Level Kepemimpinan (The 5 Levels of Leadership). Saya sangat menyarankan Anda membaca buku Maxwell dengan judul The 5 Levels of Leadership agar bisa lebih utuh memahami konsep ini.

Konsep ini dapat digunakan untuk mengembangkan pengaruh seorang pemimpin ketika ia berada di sebuah organisasi (leadership game plan). Konsep yang dibuat berjenjang seperti anak tangga ini mengibaratkan seorang pemimpin yang merangkak dari bawah hingga mencapai puncak kepemimpinan.

Pada kesempatan yang baik ini, perkenanlah saya merangkum konsep tersebut buat Anda. Mari kita lihat satu per satu.

5 Levels of Leadership - Book Version

Level Pertama  : Posisi (position)

Kata kunci di level ini adalah hak-hak (rights). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda karena keharusan (people follow you because they have to). Meski pun ini adalah level terendah namun level ini adalah tahapan awal (entry level) bagi perjalanan kepemimpinan Anda sebab Anda baru saja memperoleh sebuah posisi atau jabatan dalam organisasi. Posisi atau jabatan tersebut adalah “hadiah” dari organisasi kepada Anda dan biasanya diberikan atas pertimbangan Anda memiliki potensi kepemimpinan.

Tidak ada yang salah jika Anda memiliki posisi. Namun yang sangat berbahaya jika Anda menggunakan posisi atau jabatan untuk memaksa orang lain mengikuti apa yang Anda mau, padahal hal tersebut belum tentu benar. Jika Anda tidak berhati-hati, bisa jadi Anda akan tinggal diam di level ini sehingga kemudian terkesan nge-bos. Pendekatan yang dilakukan kerap kali hanya mengandalkan jabatan. Kalimat seperti, “Komandannya saya atau kamu,” atau, “Pokoknya sebagai komandan (bos), saya tidak mau tahu,” menjadi senjata pamungkas untuk memaksakan anak buah melakukan sesuatu (cenderung intimidatif).

Pemimpin yang semata-mata mengandalkan posisinya, seringkali menemui begitu banyak kesulitan ketika akan meminta orang-orangnya melakukan sesuatu di luar uraian tugas yang ada (job description). Kalau pun orang-orang mau melakukannya, semata-mata hanyalah karena keharusan atau kewajiban, alias tidak punya pilihan untuk menolak. Itulah sebabnya pemimpin seperti ini akan sangat sulit memimpin para sukarelawan, anak muda dan kaum cendekiawan (berpendidikan tinggi) sebab mereka tidak menyukai sesuatu yang bersifat pemaksaan.

Level Kedua                   : Ijin (permission)

Kata kunci di level ini adalah hubungan (relationships). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda karena mereka memang menginginkannya (people follow you because they want to). Di level ini sebagai pemimpin, Anda dengan penuh kesadaran mulai membangun hubungan baik dengan orang-orang yang dipimpin. Sebagai hasilnya, orang-orang Anda mulai menyukai Anda dan mau mengikuti Anda secara sukarela.

Sebuah nasihat bijak berbunyi, Anda bisa menyukai orang-orang tanpa memimpin mereka namun Anda tidak bisa memimpin mereka jika Anda tidak menyukai mereka (you can like people without leading them, but you cannot lead people without liking them). Pada level ini, orang-orang Anda akan mau memberikan usaha ekstra dengan senang hati karena mereka merasa Anda peduli kepada mereka. Mereka tidak lagi terpaku pada uraian tugas yang ada. Di level ini, mereka mulai mencintai Anda.

Ada hal yang perlu diwaspadai ketika Anda berada di level ini. Memang betul bahwa orang-orang menyukai Anda namun jika seiring perjalanan waktu mereka tidak melihat adanya progres dari kepemimpinan Anda, maka hal tersebut dapat menimbulkan demotivasi bagi mereka yang memang pada awal mula memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi.

Level Ketiga                   : Produksi (production)

Kata kunci di level ini adalah hasil (result). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan bagi organisasi (people follow you because what you have done for the organization).  Mereka telah melihat dengan mata kepala sendiri berbagai terobosan positif akibat kehadiran Anda. Kalimat-kalimat seperti ini akan mulai terdengar: “Dulu sebelum dia datang kita tidak pernah bisa mencapai target”, “Pemimpin kita memang hebat dan inovatif”,  “Ada perubahan positif sejak ia datang” .

Di level ini ada momentum sehingga hari-hari dapat dilalui dengan optimisme dan masalah yang timbul lebih mudah diselesaikan. Ada semangat yang tinggi karena sebagai sebuah tim ada prestasi-prestasi baru yang dicapai. Atmosfer kesuksesan akan terasa kuat. Di level ini, mereka mengagumi Anda.

Jika pada level 2 orang-orang berkumpul hanya untuk berkumpul dengan alasan hubungan baik (kebersamaan), maka pada level 3, orang-orang akan berkumpul untuk secara bersama-sama mencapai sebuah tujuan yang menantang. Mereka berorientasi pada hasil.

Level keempat  : Pengembangan manusia (people development)

Kata kunci di level ini adalah reproduksi pemimpin (reproduction). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan bagi mereka (people follow you because what you have done for them). Anda menjadi mentor bagi mereka sehingga potensi kepemimpinan mereka pun ikut berkembang.

Perlu upaya ekstra bagi seorang pemimpin agar dapat mengembangkan pemimpin lainnya. Anda harus bersedia menginvestasikan waktu, energi, pemikiran, dana, dan sebagainya. Di level ini, sebagai pemimpin, Anda mulai mendapatkan loyalitas dari pemimpin-pemimpin muda yang Anda kembangkan.

Perlu digarisbawahi, kehebatan seorang pemimpin bukanlah pada otoritasnya namun pada kemampuannya untuk memberdayakan orang lain, termasuk mengembangkan pemimpin-pemimpin berikutnya. Sukses tanpa seorang penerus adalah sebuah kegagalan bagi pemimpin. Ken Blanchard dengan tegas menyatakan, “Ujian bagi kepemimpinan Anda bukanlah apa yang terjadi saat Anda ada, namun saat Anda tidak ada.”

Level kelima       : Puncak (pinnacle)

Kata kunci di level ini adalah respek (respect). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda karena siapa diri Anda dan apa yang Anda representasikan (people follow you because of who you are and what you represent). Sebagai catatan, jika level 2, 3 dan 4 dapat Anda perjuangkan maka level 5 ini tidak dapat Anda perjuangkan karena merupakan “hadiah” dari orang-orang yang Anda pimpin.

Ketika Anda berada level ini, Anda akan sangat dihormati karena Anda dianggap telah meninggalkan warisan kepemimpinan yang amat berharga (leadership legacy) bagi organisasi Anda. Bahkan setelah Anda pensiun pun, rasa hormat itu tidak akan pernah berkurang. Anda masih sering dimintai pertimbangan oleh pemimpin pengganti Anda bahkan orang-orang yang dulu Anda pimpin. Kehadiran Anda di kantor, akan selalu disambut dengan hangat.

Hanya pemimpin yang bersungguh-sungguh menginvestasikan seluruh hidupnya untuk membangun hubungan, membawa terobosan positif bagi organisasi dan mengembangkan orang-orangnyalah yang bisa mencapai level ini. Kebesaran mereka sebagai pemimpin melampaui usia hidup mereka di dunia ini. Merekalah para pemimpin sejati! ***

* Best Selling Author, Motivational Teacher, Leadership Trainer & Coach The John Maxwell Team. Klik www.pauluswinarto.com.